REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit mengatakan Pemprov Sumbar memperkirakan butuh biaya sebanyak RP 2,5 miliar untuk memulangkan perantau Minang dari Wamena. Data valid sementara yang dihimpun Pemprov Sumbar terdapat sebanyak 1.470 orang perantau Minang ingin pulang kampung setelah mengalami trauma pasca tragedi Wamena.
"Perkiraan biaya yang dibutuhkan Rp 2,5 miliar," kata Nasrul di Kantor Gubernur Sumbar, Senin (30/9).
Nasrul menyebut Pemprov tidak bisa menggunakan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBD). Karena tidak ada rincian ABPD untuk persoalan seperti ini. Untuk menutupi kebutuhan biaya pemulangan perantau ini, Pemprov Sumbar melakukan penggalangan dana melalui rekening Sumbar Peduli Sesama.
Hingga sore ini, sudah terkumpul dana sebanyak Rp 433 juta dari rekening Sumbar Peduli Sesama tersebut. Bila data jumlah warga perantau yang ingin pulang sudah final, Pemprov akan memulangkan perantau dengan dua skenario. Bila yang ingin pulang kurang dari 200 orang, pemulangan dilakukan dengan pesawat. Bila lebih dari 200 orang, pemulangan akan difasilitasi dengan kapal laut.
Selain dari rekening Sumbar Peduli Sesama ini, dana pemulangan perantau juga akan ada dari berbagai organisasi masyarakat Minang. Seperti Gerakan Ekonomi dan Budaya (Gebu) Minang menjanjikan akan membantu sebanyak Rp 1 miliar.
Bila target 2,5 miliar belum tercukup di saat sudah akan memulangkan perantau, Pemprov bisa memakai dana talangan dari Badan Amil Zakat Nasional (Basnas) Sumbar.
Ketua Baznas Sumbar Syamsul Bahri Khatib mengatakan pihaknya siap membantu melangi biaya Pemprov untuk memulangkan perantau dari Wamena. Sebelumnya Baznas kata Syamsul sudah membantu biaya delapan peti jenazah korban tragedi Wamena yang sudah dipulangkan dan dimakankan di Pesisir Selatan senilai Rp 64 juta. Baznas juga membantu Rp 200 juta ketika Nasrul Abit berkunjung ke Jayapura dan Wamena memberikan bantuan buat pengungsi.
"Salah satu program kita adalah peduli kemanusiaan. Ini kondisi darurat, jadi kita akan talangi (biaya pemulangan perantau)," ucap Syamsul.
Syamsul mengingatkan lagi ajaran dari nenek moyang orang Minangkabau dengan pepatah Berat Sama Dipikul, Ringan Saja Dijinjing. Yang bermakna persoalan kita hadapi dan selesaikan bersama-sama.
Syamsul mengingatkan semua pihak terutama warga Sumbar akan sama-sama berempati dengan perantau Minang yang terjebak tragedi di Wamena. Perantau Minang di Wamena saat ini kata Syamsul sangat membutuhkan uluran tangan dari keluarga dari kampung halaman dan dari daerah perantauan yang lain. Karena saat ini perantau Minang di Wamena sangat kesulitan setelah harta benda mereka terbakar habis pasca tragedi.