Senin 30 Sep 2019 16:49 WIB

Komnas HAM Dorong Pengungkapan Kerusuhan Wamena

Komnas HAM menyebut kerusuhan Wamena sebagai tragedi kemanusiaan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Reiny Dwinanda
Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).
Foto: Antara/Iwan Adisaputra
Warga memadati Pangkalan TNI AU Manuhua Wamena, Jayawijaya, Papua, Rabu (25/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendorong pengungkapan kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Provinsi Papua hingga tuntas. Menurut Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, sangat penting untuk mengungkap pelaku berikut motifnya untuk menghindari berulangnya insiden tersebut.

"Ini tidak bisa kita biarkan. Ini masuk kategori tragedi kemanusiaan. Kalau tidak dilakukan proses penegakan hukum, kami sangat khawatir akan terulang peristiwa yang sama," ujar Taufan di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (30/9).

Baca Juga

Menurut Taufan, ketegangan tak hanya terjadi di Wamena, melainkan hampir di seluruh wilayah Papua. Akibat kerusuhan, orang-orang yang ada di Papua menjadi saling tidak percaya, dihinggapi rasa kekhawatiran dan ketakutan, bahkan hidup dalam suasana yang tidak nyaman.

Taufan mengimbau seluruh pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, tokoh adat Papua, dan tokoh agama, untuk melakukan dialog konstruktif dalam rangka mencari langkah-langkah perdamaian. Bagi Komnas HAM, dialog merupakan solusi terbaik karena jika tidak segera diselesaikan bisa memicu tragedi yang lebih besar.

"Tentu saja bisa memicu ketegangan lebih luas di berbagai tempat termasuk di Jakarta, termasuk juga respons internasional kepada kita sebagai bangsa," jelas Taufan.

Komnas HAM, menurut Taufan, juga fokus menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran HAM, pemenuhan HAM, dan pencegahan konflik ke depan. Ia menyatakan, pihaknya bersedia memfasilitasi semua pihak untuk duduk berdialog mencari solusi perdamaian di Papua.

Taufan mengatakan, Komnas HAM sangat mengutuk keras kerusuhan yang menimbulkan banyak korban nyawa manusia dan harta benda, bahkan ada ribuan warga yang kemudian mengungsi dan eksodus. Berdasarkan catatan Komnas HAM dari perwakilan yang sedang memantau di Wamena, sekitar 8.200 orang mengungsi.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.000 orang terpantau mengungsi di Polres Wamena, 2.700 di Kodim Wamena dan sekitar 500 orang di Bandara Wamena. Belum lagi, menurut Taufan, ada 43 orang di rumah sakit yang tengah mendapatkan perawatan karena gegar otak, patah kaki, dan lain-lain.

photo
Warga antre menaiki pesawat milik TNI di Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Sabtu (28/9/2019).

Sementara itu, 31 orang meninggal dunia per Ahad (29/9) malam berdasarkan data perwakilan Komnas HAM yang sedang berada di Wamena. Taufan juga mengimbau agar semua pihak menahan diri untuk tidak menyebarkan berita hoaks atau informasi bohong terkait peristiwa di Papua yang bisa memperkeruh suasana. Menurutnya, banyak informasi yang beredar tidak relevan dengan perkembangan peristiwa yang terjadi.

"Kompleksitas dari apa yang digambarkan orang seolah-olah kelompok tertentu diserang. Ini satu peristiwa yang sebetulnya sudah karut-marut sejak lama kemudian ada pemicu sedikit saja menimbulkan kerusuhan besar yang menimbulkan korban manusia dan harta benda," tutur Taufan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement