REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mendesak pemerintah serius mengatasi konflik di Papua hingga ke akarnya. Konflik tersebut dianggap kian meruncing sampai merenggut nyawa masyarakat dan aparat di sana.
Ia menyatakan, MUI sangat menyesalkan terjadinya peristiwa makar dan kerusuhan di Wamena, Papua yang telah menyebabkan terbakar dan ludesnya gedung dan kendaraan milik pemerintah dan milik masyarakat. Bahkan tindakan brutal dan anarkis tersebut telah menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa tidak berdosa.
"Terutama dari kalangan para pendatang seperti dari Padang, Bugis dan Jawa. Ini jelas-jelas merupakan tindak yang sangat biadab dan tidak berperikemanusiaan," katanya dalam keterangan pers, Ahad (29/8).
Untuk itu MUI mengimbau pemerintah untuk lebih tegas dan lebih serius lagi menangani masalah yang terjadi di Papua. Tujuannya agar masyarakat bisa hidup tenang kembali dan melakukan aktifitas seperti semula.
"Karena kalau tidak maka pemerintah akan dinilai gagal melindungi rakyat dan tumpah darah indonesia dan itu jelas-jelas akan sangat berbahaya bagi eksistensi dan masa depan bangsa dan negeri ini. Dan kita tidak mau itu," tegasnya.
Hingga saat ini, pemerintah mencatat kerusuhan di Wamena menyebabkan 33 orang tewas dan mengakibatkan ribuan orang mengungsi ke daerah lain di dekat Wamena. Kerusuhan ini diawali unjuk rasa siswa pada Senin (23/9) yang memprotes dugaan perkataan bernada rasial oleh seorang guru.
Aksi tersebut berakhir rusuh dan terdapat pihak yang melakukan pembakaran terhadap rumah warga, kantor pemerintah serta fasilitas umum.
Setelah sebelumnya menutup akses internet di Wamena, pemerintah akhirnya membuka kembali layanan data internet pada Sabtu (28/9) karena dianggap kondisi dan situasi keamanan di wilayah Kabupaten Wamena telah pulih.