Ahad 29 Sep 2019 10:40 WIB

Perantau Sumbar Menangis Ingin Dipulangkan dari Papua

Pengungsi tidak punya apa-apa lagi selain pakaian yang menempel di badan.

Rep: Febrian Fachri / Red: Nur Aini
Peti jenazah warga Sumbar yang meninggal karena kerusuhan di Wamena Papua sampai di Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar, Kamis (26/9).
Foto: Febrian Fachri / Republika
Peti jenazah warga Sumbar yang meninggal karena kerusuhan di Wamena Papua sampai di Bandara Internasional Minangkabau, Sumbar, Kamis (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Warga asal Sumatera Barat yang terjebak kerusuhan dan konflik berdarah di Wamena kini sangat memohon agar diungsikan keluar Wamena bahkan ingin pulang ke kampung halaman supaya bisa kembali hidup aman.

Misri Astuti, warga asal Pesisir Selatan Sumbar mengaku sudah tidak sanggup lagi bertahan di Wamena. Ia sangat ingin dibawa pulang ke Sumbar karena ia dan keluarganya sangat trauma dengan pembunuhan, pembakaran, dan penjarahan terhadap warga pendatang di Wamena. 

Baca Juga

"Kami sudah tidak sanggup lagi pak. Ungsikan kami ke kampung halaman pak," kata Misri sambil menangis saat berbicara melalui sambungan telepon, Sabtu (28/9) malam.

Misri menceritakan keadaan di Wamena saat ini sangat mencekam. Ia dan sejumlah korban yang terjebak sangat ketakutan karena teror masih berlangsung di Wamena.

Warga pendatang termasuk yang berasal dari Sumbar kata Misri banyak yang sekarang tidak memiliki apa-apa lagi. Bahkan untuk makan saja mereka sekarang kesusahan karena harta benda mereka sudah habis dibakar.

Dia menatakan banyak warga pendatang yang menjadi korban pembunuhan dan penjarahan di Wamena. Oleh karena itu, Misri memohon untuk segera diungsikan oleh pemerintah.

"Kasihan anak-anak kami masih kecil. Tolong segera kirimkan bantuan pak, kita tidak mau mati sia-sia di sini," ujar Misri.

Leni, warga asal Sumbar lainnya yang saat ini juga mengungsi ke markas tentara di Wamena mengatakan kiosnya tempat berdagang selama ini sudah habis terbakar. Ia termasuk banyak dari warga pendatang yang saat ini tidak punya apa-apalagi karena tak sempat menyelamatkan harta benda.

Para korban tersebut harus buru-buru menyelamatkan diri dari teror dan ancaman pembunuhan. Para pengungsi sekarang tidak punya apa-apa lagi selain pakaian yang ada di badan. "Kios sudah terbakar. Pakaian tinggal hanya yang dipakai ini saja lagi," ucap Leni.

Leni mengatakan pada Sabtu, tidak ada pesawat yang masuk ke Wamena. Ia berharap ada pesawat yang masuk ke Wamena agar dirinya dan para korban dapat menumpang dan mengungsi di Jayapura. Leni juga ingin pulang kampung ke Sumbar karena tidak kuat lagi dengan penderitaan batin dan fisik di Papua.

Leni menyebut situasi di Wamena masih belum kondusif. Leni yang melihat langsung kerusuhan di Wamena menyebut ada lebih dari 40 warga termasuk yang berasal dari Sumbar menjadi korban jiwa. Bahkan ada ratusan lagi yang masih hilang dan luka-luka. 

Leni menyebut memang belum bisa menyebut angka pasti karena suasana mencekam masih berlangsung. Dia mengakui sulit menghitung angka pasti. "Makanya apa yang diinformasikan tidak sama dengan yang sebenarnya terjadi. Kami karena merasakan dan melihat langsung di sini, belum kondusif," ujar Leni.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement