REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku mengatakan, hingga Sabtu (28/9) pagi, tercatat sebanyak 20 orang meninggal dunia akibat gempa berkekutan 6,5 pada Skala Richter (SR), yang menguncang wilayah Ambon pada Kamis (26/9) lalu. Sementara korban luka berjumlah 152 orang.
"Korban tersebut masing-masing terbagi di tiga wilayah kabupaten/kota di antaranya; 8 korban di Kota Ambon, 10 korban di Kabupaten Maluku Tengah dan 2 korban di Kabupaten Seram Bagian Barat," ujar Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo dalam pernyataan resminya, Sabtu (28/9).
Adapun untuk korban luka-luka, BPBD Provinsi Maluku mencatat ada 108 jiwa di Kabupaten Maluku Tengah, 13 jiwa di Kabupaten Seram Bagian Barat dan 31 jiwa di Kota Ambon, sehingga total keseluruhannya mencapai152 jiwa. "Sedangkan data sementara warga yang mengungsi hingga saat ini menjadi 25.000 jiwa," ucapnya.
Selain itu, gempa dengan pusat kedalaman 10 km yang tidak berpotensi tsunami tersebut juga mengakibatkan 534 rumah rusak, kemudian 12 unit rumah ibadah, 8 kantor pemerintahan, 6 sarana pendidikan, 1 fasilitas kesehatan, 1 pasar, dan 1 jembatan yang juga dinyatakan rusak.
Hingga saat ini kebutuhan mendesak yang dibutuhkan untuk para pengungsi maupun korban luka-luka meliputi; tenda, terpal, makanan dan minuman, makanan bayi, makanan instan, obat-obatan, popok bayi, pembalut wanita, selimut, matras, alat penerangan, tandon air, sarana MCK, pelayanan kesehatan dan psikologi, hingga bahan bakar minyak dan sebagainya.
BPBD Provinsi Maluku dibantu tim gabungan telah melakukan kaji cepat berkelanjutan dan berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota di tiga wilayah yang paling terdampak yakni Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Maluku Tengah. "Selain itu, BPBD juga telah memberikan sosialisasi dan trauma healing kepada para pengungsi dan korban terdampak lainnya serta menyalurkan bantuan kebutuhan lainnya," kata Agus.