Jumat 27 Sep 2019 23:30 WIB

KPBB: Optimalkan BBG Sambil Tunggu Kendaraan Listrik

Pemerintah diharap optimalkan BBG sambil tunggu implementasi kendaraan listrik.

 Petugas mengisi bahan bakar gas (BBG) pada bus Trans Jakarta di Stasiun Pengisian BBG (SPBBG) di Mampang Prapatan, Jakarta, Kamis (16/5).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Petugas mengisi bahan bakar gas (BBG) pada bus Trans Jakarta di Stasiun Pengisian BBG (SPBBG) di Mampang Prapatan, Jakarta, Kamis (16/5). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) meminta pemerintah untuk mengoptimalkan kendaraan berbahan bakar gas (BBG) sambil menunggu implementasi kendaraan listrik yang tengah didorong pengembangannya.

Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin di Jakarta, Jumat (27/9), menyambut baik inisiatif pemerintah untuk mendorong keberadaan kendaraan listrik utamanya sebagai angkutan umum.

"Kalau ada ide bus listrik, itu bagus. Cuma ya, jangan menunggu. Kalau masih bisa pakai gas, sambil menunggu kendaraan listrik, ya kita pakai saja yang gas," katanya.

Puput, sapaan akrabnya, menuturkan pihaknya mendukung penuh inisiatif kendaraan ramah lingkungan. Teknologi yang digunakan pun tidak dibatasi karena pasarlah yang akan menentukan teknologi mana yang bisa bertahan.

Namun, ia mengingatkan agar jangan sampai Indonesia terjebak dengan transportasi berteknologi kotor.

Ia mencontohkan dengan yang terjadi pada TransJakarta yang awalnya sudah mengimplementasikan BBG tapi kini malah menggunakan bahan bakar jenis solar 48 dengan kadar belerang di atas 200 ppm.

"Jangan seperti TransJakarta, bukannya maju ke depan, malah mundur. Sudah bagus pakai BBG, sekarang dimanipulasi pakai diesel solar 48 yang kotornya minta ampun," imbuhnya.

Meski mendukung transportasi ramah lingkungan, Puput mengkritisi kendaraan yang dinilai terlalu didominasi komponen impor tapi sudah digembor-gemborkan dengan luar biasa.

Ia juga menilai Indonesia belum sukses menerapkan kendaraan BBG, tapi sudah ingin beralih ke pengembangan kendaraan listrik.

"Kendaraan listrik ini euforia. Katanya mau mengejar ketertinggalan di industri otomotif, biar tidak jadi bulan-bulanan industri Jepang, Korea, China, tapi kita kita justru masih ketinggalan dengan kendaraan listrik ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement