REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena, Kabupaten Jayawijaya Felly Sahureka mengaku total pasien luka akibat kerusuhan anarkis sejak Senin (23/9) hingga Kamis (26/9) 71 pasien. Namun, banyak pasien yang sudah pulang.
"Dari 71 pasien itu, 20 orang di antaranya telah dirujuk ke RS di luar Wamena, ada pula yang sudah dipulangkan. Sedangkan pasien yang lainnya masih dirawat di bangsal satu untuk tindakan operasi dan lain-lain," kata Felly ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Jumat (27/9).
Menurutnya, pasien yang masih dirawat di RSUD ini lukanya bervariasi, ada yang luka bakar, luka karena patah tulang, dan luka tembak. "Semua dokter, perawat, bidan, beserta semua petugas telah bekerja sama melayani pasien bahkan ada bantuan perawat dari puskesmas yang tutup pascademo yang berujung rusuh ini," katanya.
Ada sekitar 10 orang tenaga medis yang diperbantukan dari luar RSUD Wamena. Mereka berasal dari puskesmas. Bahkan, ada pula dokter dari kabupaten lain, seperti dari Kabupaten Lanny Jaya.
"Kami sangat berterima kasih untuk itu, tetapi sampai saat ini karena petugas kita juga rata-rata memang mengungsi sehingga kita keterbatasan tenaga," ujarnya.
Ia mengatakan hingga kini ada dua tim yang diperbantukan dari crisis center provinsi yang sudah tiba, dan juga dari AU dan AD berjumlah 30 tenaga kesehatan. "Pasien patah tulang akan ditangani langsung oleh dokter ortopedi yang dikirim dari kesatuan itu, sehingga bisa membantu kita untuk operasi, selain dokter bedah yang ada di sini dua dokter, ditambah satu dokter dari Lanny Jaya yang membantu," ujarnya.
Ia juga berterima kasih kepada pemerintah Lanny Jaya dan RSUD Tiom yang telah memberikan izin agar dokternya membantu di Wamena. Felly menambahkan, ketersediaan obat sampai saat ini masih cukup di RSUD, namun dengan keadaan yang tidak terduga ini, Felly pun sudah meminta pasokan obat dari provinsi.
"Untuk di tempat pengungsian, kami sudah koordinasi dengan dinas kesehatan dan sampai saat tim dari Jayapura tiba sehingga ada 58 orang tenaga, kami akan membuat posko kesehatan di tempat-tempat pengungsian untuk lakukan pelayanan kesehatan," ujarnya.
Pada aksi unjuk rasa yang berujung rusuh pada Senin (23/9) itu tercatat 30 orang meninggal dunia, 73 orang luka-luka, 20 orang sudah dievakuasi ke Jayapura, Sedangkan warga yang mengungsi mencapai 6.500 orang. Demonstrasi yang berujung rusuh itu juga mengakibatkan ratusan bangunan milik pemerintah maupun swasta rusak atau dibakar oleh pendemo.