REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kabid Humas Polda Sulawesi Tenggara (Sultra), AKBP Harry Golden Hart, mengatakan ada dua mahasiswa yang diamankan pascademonstrasi menolak sejumlah Rancangan Undang-undang (RUU) di Kompleks DPRD Sultra, di Kota Kendari, Kamis (26/9). Harry memastikan kedua mahasiswa tersebut berada dalam kondisi baik.
"Untuk mahasiswa tadi informasinya ada dua yang kita amankan. Kondisinya sekarang baik, silakan dicek," ujar Harry ketika dikonfirmasi Republika, Kamis malam.
Kepolisian, lanjut Harry, akan melakukan sejumlah pemeriksaan. "Ya kami menanyakan apa tujuannya, apa motifnya sehingga yang bersangkutan melakukan demonstrasi perusakan dan pelemparan," katanya.
Pihak kepolisian menyayangkan tindakan pembakaran sejumlah fasilitas, baik fasilitas di DPRD maupun pos lalu lintas setempat. Harry menuturkan, kegiatan aksi unjuk rasa tiba-tiba berubah menjadi aksi kerusuhan.
"Ini tentu sangat disayangkan. Sebab dari awal sejak pukul 12.00 WIT, Ketua DPRD Sultra bersama dengan beberapa ketua komisi sudah menemui pendemo, adik-adik mahasiswa untuk beraudiensi," jelasnya.
Akan tetapi, para mahsiswa memaksa untuk masuk. Harry menegaskan keinginan mahasiswa ini tentu tak mungkin dilakukan.
"Pada saat mereka paksa masuk, pada elemen mahasiswa yang hari ini berdemo itu terjadi keterbelahan. Ada yang inginkan masuk ke Kantor DPRD, ada yang siapkan wakil untuk audiensi dengan anggota DPRD, " ungkapnya.
Harry menambahkan, saat ini aparat keamanan masih terus berjaga di lokasi demonstrasi hingga situasi benar-benar kondusif. "Saat ini situasi kondusif. Untuk personil yang turun mengamankan demonstrasi hari ini sebanyak 830 orang personil, gabungan dari Polda Sultra, Polres Kendari, TNI, Satpol PP, Damkar dan PMI, " tuturnya.
Sebelumnya, Demonstrasi menolak RKUHP dan sejumlah RUU di Kompleks DPRD Sultra, Kota Kendari berakhir ricuh. Salah satu mahasiswa Universitas Haluoleo bernama Randi meninggal dunia akibat kericuhan itu. Randi sempat dilarikan ke rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.