Kamis 26 Sep 2019 20:34 WIB

Negara Gawat, Kaum Rebahan Sampai Turun ke Jalan

Anak-anak ini tergerak untuk bergerak bangkit dari ke-slow-an hidup mereka.

Gita Amanda
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Gita Amanda*

Aksi demo besar-besaran mahasiswa Selasa (23/9) lalu, menyisakan banyak cerita. Yang paling banyak dibahas berbagai media tentu tulisan-tulisan kreatif di poster yang dibawa para mahasiswa dan mahasiswi saat demo.

Satu yang paling saya ingat adalah poster dengan tulisan, "Sudah kelewatan kalo kaum rebahan turun ke jalan". Epic. Poster itu lucu, tapi juga membuat haru.

Gimana enggak terharu, benar sekali apa yang ditulis poster itu. Selama ini anak-anak generasi centennial ini atau biasa disebut generasi Z kerap identik dengan sikap cuek mereka pada sekitar apalagi urusan politik dan negara. Boro-boro mau ikut campur.

Generasi Z yang kini banyak menduduki bangku kuliahan, lebih senang berinteraksi di dunia maya. Mulai dari media sosial hingga game online. Jangankan turun ke jalan, mereka umumnya lebih mahir bermain-main dengan jari mereka dan berselancar di dunia maya ketimbang panas-panasan menyuarakan isi pikiran mereka.

Tapi semua itu terpatahkan Selasa kemarin. Anak-anak ini tergerak untuk bergerak. Bangkit dari ke-slow-an hidup mereka. Bangun dan turun ke jalan. Panas-panasan meneriakan protes mereka akan kebijakan pemerintah yang dinilai mulai kelewatan.

Di sejumlah stasiun hingga jalan, tampak mereka bergerombol datang dari berbagai penjuru wilayah. Bangga mengenakan jaket almamater mereka. Membawa poster dengan tulisan yang menarik mata. Mereka demo dengan cara mereka. Demo berbeda dengan cara yang dilakukan senior-senior mereka saat momen reformasi 20 tahun lalu.

Hari itu mereka hadir dengan wajah-wajah segar penuh semangat. Mematahkan asumsi masyarakat selama ini soal ketidakpedulian mereka pada negeri ini. Mematahkan stigma-stigma mahasiswa masa kini tak lagi punya ''gigi''.

photo
#KaumRebahan

Mereka bergandeng tangan. Mereka berteriak lantang. Mereka tak takut menerjang.

Di jalan, apresiasi kepada para mahasiswa penjaga #ReformasiJanganDikorupsi ini pun tak kalah besar. Di stasiun-stasiun kehadiran mereka disambut bak pahlawan. Diberi semangat dan disanjung-sanjung. Saat demo tak sedikit yang memberi mereka makanan maupun minuman sebagai bekal. Bukti apa yang mereka lakukan dapat dukungan.

Saya bangga. Jujur bangga dengan mereka. Saya terharu melihat mereka bersatu padu. Tak hanya di Jakarta tapi di sejumlah wilayah di Indonesia.

Meski tak sedikit juga kalimat-kalimat nyinyir soal mereka berseliweran. Ada yang bilang mereka bayaran. Ada yang bilang cuma buat gaya-gayaan. Lebih parah lagi ada yang bilang mereka ada yang menggerakkan.

Tak usah tutup mata. Yang namanya aksi massa, bohong kalau tak ada yang masuk coba merusak suasana. Pasti ada saja yang memanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tak terduga.

Terima kasih teman-teman mahasiswa. Kalau mengutip kata Haris Azhar kemarin di Mata Najwa, aksi mahasiswa membuktikan alarm demokrasi negeri ini masih menyala. #KamiBersamaMahasiswa

*) Penulis adalah jurnalis Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement