Kamis 26 Sep 2019 14:57 WIB

Kapolri: Rusuh Demonstrasi 24-25 September Sistematis

Kapolri Tito menyamakan demonstrasi 24-25 September dengan ricuh 21-23 Mei lalu.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Teguh Firmansyah
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Kapolri Jenderal Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, mengatakan, pola kejadian kerusuhan pada demonstrasi 24-25 September mirip dengan pola demonstrasi 21-23 Mei lalu. Ia juga melihat kerusuhan yang terjadi itu terjadi cukup sistematis.

"Ini mirip dengan pola terjadinya kerusuhan 21-23 Mei lalu, dimulainya sore hari berlangsung hingga malam hari. Ini terlihat cukup sistematis artinya ada pihak-pihak yang mengatur itu," kata Tito dalam konferensi pers di Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (26/9).

Baca Juga

Tito mengatakan, ada indikasi kelompok yang ingin mengambil momentum tersebut untuk melancarkan agenda tersendiri, bukan menuntut penundaan pengesahan revisi undang-undang. Kelompok itu ingin menjatuhkan pemerintah yang sah secara konstitusional.

"Ini yang kita lihat terjadi. Sehingga kita melihat seperti di Jakarta tidak tepat sudah caranya. Adanya penggunaan bom molotov, ada pembakaran, pembakaran pos polisi, ada pembakaran ban, bahkan ada pembakaran kendaraan," kata dia.

Di samping itu, Menteri Koordinator Bidang Poliitk, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, mengatakan, penunggang demonstrasi mahasiswa dan pelajar bertujuan menggagalkan pelantikan DPR dan Presiden serta Wakil Presiden. Wiranto meyakini, yang bertindak brutal pada demonstrasi itu adalah perusuh, bukan mahasiswa atau pelajar.

"Tujuan akhirnya adalah menggagalkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih," ujar Wiranto.

Ia mengatakan, demonstrasi mahasiswa dan pelajar sebenarnya sudah dilakukan dengan cara yang baik dan beretika. Tapi, kemudian demonstrasi tersebut dirusak dengan perlakuan yang brutal. Hal yang menurutnya bukan lagi dapat disebut sebagai demonstrasi.

"Saya kira bukan demonstrasi karena dilakukan oleh para perusuh. Melawan petugas, melempar batu, meluncurkan kembang api, panah-panah api kepada petugas, bergerak di malam hari, dan berusaha untuk menimbulkan korban," katanya.

photo
Situasi aksi demonstrasi mahasiswa di depan Gedung DPR/MPR RI pukul 16.58 WIB. Polisi terus memukul mundur mahasiswa dengan menggunakan gas air mata.

Tujuan mengoreksi kebijakan pemerintah maupun anggota legislatif yang dimiliki oleh para mahasiswa, kata Wiranto, sudah berubah ketika malam hari. Tujuan yang muncul, yakni adalah untuk menduduki gedung DPR dan MPR. Itu ia duga dilakukan untuk mengggalkan pelantikan anggota DPR dan Presiden serta Wakil Presiden terpilih.

"Kita sangat menyesalkan demonstrasi yang konstruktif, yang bernuansa koreksi, yang elegan itu kemudian diambil alih oleh demonstrasi yang tidak lagi mengarah kepada apa yang telah dijawab oleh pemerintah dan DPR," tutur Wiranto.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement