REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Kabupaten Jayawijaya, Papua, menanggung beban biaya untuk pemulangan jenazah delapan orang warga Sumatra Barat yang meninggal dunia akibat kerusuhan di Kota Wamena, Senin (23/9). Pemulangan sebanyak delapan jenazah itu masih menunggu informasi dari Pemkab Jayawijaya dan Ikatan Keluarga Minang Wamena.
"Biaya pemulangan jenazah sebanyak delapan orang ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Jayawijaya. Satu orang lagi korban tewas tidak bisa dibawa pulang karena kondisi yang tidak memungkinkan," kata Kepala Biro Humas Pemprov Sumbar Jasman Rizal melalui pesan yang diterima Republika, Rabu (25/9).
Menurut Jasman, Pemprov Sumbar telah menyiagakan ambulans di Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Ambulans tersebut akan siap mengantarkan jenazah ke kampung halaman masing-masing korban. Bila memungkinkan, Pemkab Pesisir Selatan akan memakamkan korban Wamena di Makam Pahlawan Pessel di Kota Painan.
"Atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat, gubernur, wakil gubernur dan DPRD Sumbar, menyampaikan rasa duka yang mendalam atas tewasnya sembilan orang warga Provinsi Sumbar di Wamena. Kita doakan husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan kiranya bisa sabar dalam menghadapi keadaan ini," begitu keterangan resmi yang disiarkan Biro Humas Setda Prov Sumbar.
Berdasarkan komunikasi sementara Pemprov Sumbar dengan warga Sumbar di Wamena, perempuan dan anak-anak telah diungsikan ke Jayapura, sementara laki-laki masih bertahan di Wamena. Pemprov Sumbar meminta kepada warga Sumbar yang masih bertahan di Wamena, agar berupaya dengan berbagai cara untuk menyelamatkan diri dan jangan terpancing dengan hal apa pun yang dapat mengganggu keselamatan.
Kemudian, baik yang di kampung halaman maupun di perantauan supaya menjaga kondisi tetap kondusif dan tidak mudah terprovokasi. "Kita harus tetap mengedepankan semangat nasionalisme dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia," begitu imbauan Pemprov Sumbar.
Kepala Bagian Humas dan Protokoler Kabupaten Pesisir Selatan Rinaldi menyebutkan, jenazah para korban diterbangkan dari Kabupaten Jayawijaya menuju Bandara Sentani kemarin. "Penerbangan tersebut menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU. Selanjutnya, dari sana akan diterbangkan menggunakan pesawat komersial dan sesuai jadwal pesawat itu lepas landas pukul 17.00 WIB," katanya.
Dari Bandara Sentani pesawat akan transit di Makasar, selanjutnya Jakarta dan ke Bandara Internasional Minangkabau Sumatra Barat. "Kendati demikian sesuai informasi yang kami terima jika jenazah tiba di Bandara Sentani sebelum pukul 15.00 WIB, akan langsung diberangkatkan, tapi jika tidak terpaksa bermalam dan menunggu penerbangan selanjutnya pada Kamis (26/9)," ujarnya.
Sebuah gedung terbakar saat kerusuhan di Wamena, Provinsi Papua,, Senin (23/9).
Jumlah warga Kabupaten Pesisir Selatan, yang menjadi korban tewas dalam kerusuhan di Wamena bertambah jadi 10 orang, kemarin. Tujuh dari 10 korban tewas itu merupakan dua keluarga yang merantau.
"Empat korban berasal dari Nagari Lakitan Utara bernama Hendra Eka Putra (22), Safrianto (36), dan Jafriantoni (24) merupakan saudara kandung; sementara Riski (3,5) merupakan anak dari Safrianto (36), keempatnya dinyatakan meninggal dunia," kata Camat Lengayang, Zoni Eldo di Painan, Rabu.
Sementara istri dari Safrianto (36) yang merupakan ibu dari Riski (3,5) bernama Putri (29) masih menjalani perawatan intensif akibat luka benda tajam yang dialaminya. Satu keluarga lagi berasal dari Kecamatan Batang Kapas, yakni Nofriani (40), Ibnu Rizal (8), Nurdin Yakub (28) asal Nagari Taluk, ketiganya dinyatakan meninggal dunia.
Nofriani (40) merupakan ibu dari Ibnu Rizal (8) dan Nurdin Yakub (28) merupakan keponakan dari suami Nofriani (40) bernama Erizal (44). "Alhamdulillah Erizal selamat dari kejadian itu, tapi ia hingga saat ini masih mendapat perawatan akibat luka-luka yang dialaminya," kata Camat Batang Kapas, Wendra Rovikto.
Sementara itu, Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni mengatakan, terus menggalang dana untuk membiayai kepulangan warga para korban. "Informasinya, biaya kepulangan sudah ditanggung beberapa instansi, tapi penggalangan dana tetap kami lanjutkan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama," kata dia. n febrian fachri/antara, ed: fitriyan zamzami