Kamis 26 Sep 2019 07:37 WIB

Tak Perlu Pakai Atribut Mahal untuk Bersepeda

Warga mengusulkan jalur sepeda dibuat di trotoar bukan di badan jalan.

Rep: Amri Amrullah/Flori Sidebang/ Red: Bilal Ramadhan
Pengendara sepeda melintasi jalur sepeda di Jalan Pemuda, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (19/9/2019).
Foto: ANTARA
Pengendara sepeda melintasi jalur sepeda di Jalan Pemuda, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (19/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan kembali mengajak membiasakan aktivitas bersepeda di Jakarta, setelah Pemprov DKI meresmikan beberapa jalur khusus sepeda. Menurutnya, bersepeda perlu ditumbuhkan dan menjadi gaya hidup baru.

Anies turut membiasakan diri bersepeda, termasuk saat menghadiri undangan acara di Gedung DPR/MPR RI, Rabu (25/9). Bahkan, Anies bersepeda dengan menggunakan pakaian seragam batiknya.

Ia menilai, sepeda bukan alat olahraga semata, melainkan juga alat transportasi. Anies ingin masyarakat Jakarta terbiasa menggunakan sepeda dalam kegiatan sehari-hari, sehingga Jakarta menjadi Kota Pelopor Ramah Bersepeda. Anies dan jajarannya pun sering kali menggunakan sepeda untuk beberapa kegiatan.

Anies mencoba jalur sepeda lewat Bundaran HI, terus ke Tanah Abang, Pejompongan, kemudian langsung ke pintu belakang Gedung DPR/MPR RI sekitar setengah jam. "Saya sampai sini selamat ya, aman, alhamdulillah,” kata Anies.

Anies menegaskan, kebiasaan ketika bersepeda dalam berkegiatan tidak perlu difasilitasi oleh atribut-atribut bersepeda yang harganya relatif mahal. Cukup menggunakan helm pengaman dan pakaian sehari-hari. Bahkan, batik yang resmi pun bisa digunakan untuk bersepeda.

“Jadi, tidak perlu pakaian khusus, tidak perlu kacamata khusus yang mahal-mahal. Tapi, pakaian yang apa adanya saja. Saya tadi pakai batik begini, kemudian di perjalanan lancar siang hari,” kata dia menambahkan.

Anies pun menjanjikan pada November 2019 ini setidaknya 500 kilometer jalur khusus sepeda sudah rampung. Dengan rampungnya 500 kilometer jalur khusus sepeda di Jakarta itu, Anies berharap, warga Jakarta dapat memanfaatkan fasilitas jalur sepeda ini sebaik-baiknya dan membiasakan diri bersepeda saat berkegiatan sehari-hari.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dedi Supriadi memberi catatan penyempurnaan jalur sepeda agar bisa dipercepat. Karena, masih ditemui jalur tidak mulus yang disebabkan adanya galian.

Dedi mencoba bersepeda di jalur sepeda hingga ke kantor DPRD DKI Jakarta di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, pada Selasa (24/9). Ia menyebut, secara keseluruhan, untuk jalur sepeda yang dilewatinya cukup nyaman untuk dijalani.

Sebab, ada perubahan cara pandang Pemprov DKI soal moda perpindahan orang dari satu titik ke titik lain yang memprioritaskan pejalan kaki, pengguna sepeda, dan pengguna alat angkutan umum massal.

"Dari Rawamangun hingga Kebon Sirih sejauh 11 kilometer saya tempuh 50 menit, di sepanjang jalur petugas Dinas Perhubungan sangat membantu para pengguna sepeda," tutur anggota DPRD dari Daerah Pemilihan 8 dapil Jakarta Selatan ini.

Namun, Dedi mencatat, beberapa hal yang masih menjadi kendala di lapangan. "Ada jalur yang masih tidak mulus, kemudian di jalur yang menyempit pesepeda cukup sulit bersaing dengan kendaraan bermotor," ujar Dedi.

Sementara, penyerobotan jalur sepeda oleh kendaraan bermotor lain saat ia bersepeda tidak banyak ditemui. Dedi berharap, setelah pembangunan 63 kilometer jalur sepeda di 17 ruas jalan segera bisa dilanjutkan di ruas jalan lainnya.

"Insya Allah, makin lama pesepeda akan makin nyaman menggunakan sepedanya di jalan-jalan Jakarta," kata dia menambahkan.

Adanya jalur sepeda ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Salah satu warga, Wulan Jayanti, mengatakan, keberadaan jalur khusus sepeda memang dibutuhkan bagi para pengendara sepeda.

Sebab, kata dia, keberadaan para pesepeda kerap kali cukup berbahaya ketika melintas di ruas jalan yang padat dengan kendaraan bermotor. "Dulu, saya hampir diserempet mobil waktu bersepeda di daerah Pluit. Jadi, kalau ada jalur khusus sepeda, saya sangat mendukung sekali," kata Wulan.

Pendapat berbeda dikatakan Yulius Hartanto. Ia tidak setuju dengan adanya jalur khusus sepeda yang menggunakan bagian dari badan jalan. Ia menilai, keberadaan jalur itu cukup mengganggu kendaraan bermotor yang melintas. Terutama, di ruas jalan yang padat dan macet.

"Enggak ada ini (jalur sepeda) saja biasanya sudah macet, apalagi ada," tutur laki-laki yang akrab disapa Tanto itu.

Tanto justru mengusulkan agar jalur khusus sepeda dibuat di trotoar. Sehingga, tidak memakan badan jalan. Menurut dia, hal itu juga tidak akan membahayakan pengendara sepeda karena berada di jalur yang berbeda dengan kendaraan bermotor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement