Rabu 25 Sep 2019 14:59 WIB

BMKG: Hotspot di Asia Tenggara Menurun

Masyarakat diminta tetap memakai masker wajah.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah kendaraan bermotor melintas di jalan lingkar selatan yang diselimuti kabut asap pekat di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (25/9/2019).
Foto: Antara/Bayu Pratama
Sejumlah kendaraan bermotor melintas di jalan lingkar selatan yang diselimuti kabut asap pekat di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (25/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya penurunan jumlah titik panas di wilayah Asia Tenggara dalam tiga hari terakhir. Kendati demikian, masyarakat yang tinggal di daerah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap waspada dan memakai masker wajah.

"Menurut pantauan satelit polar (NOAA-20, Terra/Aqua, SNPP) selama 3 hari terakhir (22 – 24 September 2019) setidaknya terdapat 3.216 titik panas dengan kategori tingkat kepercayaan tinggi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Jumlah titik panas ini lebih rendah dibandingkan dengan jumlah titik panas pada periode waktu 19-21 September 2019 yang mencapai 5.162 titik," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG R. Mulyono R. Prabowo, Rabu (25/9).

Baca Juga

Lokasi titik panas tersebut, dia menambahkan, di antaranya berada di wilayah Indonesia yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan, juga terdeteksi di Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Timor Leste. Kemudian, dia melanjutkan, pada tanggal  22 September 2019 terdeteksi adanya sebaran asap dari wilayah Sumatera ke Singapura, dan ke Semenanjung Malaysia, serta dari wilayah Kalimantan Barat ke Serawak.

Namun, tanggal 23 September 2019 dan tanggal 24 September 2019 tidak terdeteksi adanya sebaran asap yang memasuki wilayah Malaysia maupun Singapura.

Ia menambahkan, beberapa lokasi karhutla di Sumatera dan Kalimantan menunjukkan jumlah titik panas yang fluktuatif, sejak tanggal 21-23 September 2019 jumlah titik panas cenderung bertambah di wilayah Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur namun cenderung berkurang di wilayah Provinsi Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.  

"BMKG mencatat curah hujan yang turun di wilayah karhutla berkontribusi cukup signifikan dalam pengurangan jumlah titik panas dan asap di beberapa daerah," ujarnya.

Pihaknya mencatat pada tanggal 23 September 2019 hujan terjadi cukup merata di Provinsi Kalimantan Barat, BMKG mencatat curah hujan tertinggi di AWS SMPK Anjongan, Kabupaten Mempawah sebesar 64.5 mm.  Selain itu di Provinsi Riau tercatat curah hujan tertinggi di AWS Kandis, Kabupaten Siak sebesar 12.3 mm.

BMKG mengidentifikasi bahwa terdapat perubahan kondisi atmosfer yang cukup signifikan sejak tanggal 23 September 2019. Dia menjelaskan, perubahan kondisi atmosfer tersebut berupa peningkatan desakan massa udara kering dari wilayah barat Indonesia.

Penguatan desakan massa udara kering ini mengakibatkan daerah massa udara basah yang sebelumnya cenderung meluas di wilayah Indonesia bagian selatan kini cenderung meluas ke wilayah Indonesia bagian barat. Selain itu, dia melanjutkan, daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) akan terbentuk memanjang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau dan Kalimantan Barat. Keberadaan daerah konvergensi ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Kalimantan dan Sumatera dalam seminggu kedepan.

"BMKG terus mengimbau masyarakat berada di beberapa wilayah dekat dengan karhutla untuk selalu waspada dan tetap menyiapkan masker agar terhindar dari potensi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)," katanya 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement