REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru (BB TNBTS) hingga saat ini masih berupaya memadamkan api di Ranu Kumbolo. Pemadaman api di lahan 20 hektare (ha) ini terkendala angin dan medan terjal.
"Anginnya berubah-ubah arah, karena ini salah satu cara bisa antisipasi dari mana kita padamkan. Juga medan yang terjal dan letak sumur air yang jauh," kata Kepala Bidang (Kabid) Teknis Konservasi, Pudjiadi saat ditemui wartawan di Kantor BB TNBTS, Malang, Senin (23/9).
Menurut Pudjiadi, petugas hanya menggunakan cara manual untuk memadamkan api. Antara lain dengan membuat sekat bakar, menggunakan gepyok, garu dan cangkul. Lalu juga memakai alat parang, sabit dan jet shooter.
Berdasarkan laporan terakhir, lahan yang terbakar di Ranu Kumbolo sekitar 20 Hektare (ha). Sebagian besar yang terbakar berupa tumbuhan bawah dan cemara gunung. Selain itu, vegetasi kemlandingan dan kirinyuh juga ikut termakan kobaran api yang terjadi sejak Ahad (22/9) ini.
"Dan untuk penyebab (kebakaran) belum tahu karena sementara masih fokus dalam mengantisipasi pengunjung dan mengevakuasi semuanya sampai fix yang benar-benar terdata ke kita sudah sampai ke Ranupani. Setelah itu, baru berpikir ke arah itu," jelasnya.
Untuk informasi, BB TNBTS telah berhasil menurunkan 245 pendaki dari Gunung Semeru dan Ranu Kumbolo. Wilayah tersebut dipastikan bebas dari pendaki sejak Senin (23/9) pukul 01.00 WIB. "Sudah tidak ada, clear," tegasnya.
Selanjutnya, pihaknya akan melakukan pengawasan ketat di pintu masuk pendakian. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi pendaki ilegal yang masuk secara diam-diam. Sebab, pendakian dalam keadaan mudah kebakaran saat ini masih berbahaya.
"Kita tidak mau ambil risiko, nanti repot semua," tambahnya.