REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ribuan mahasiswa-mahasiswa hadir di Pertigaan Colombo, Jalan Gejayan, Kabupaten Sleman. Tidak cuma datang dari berbagai universitas, mereka membawa berbagai atribut sebagai wadah aspirasi.
Mulai dari spanduk bertuliskan kecaman-kecaman, bendera merah putih, sampai keranda yang menandakan matinya pemberantasan korupsi. Terik matahari memang tampak membuat kerut-kerut muncul di wajah pendemo.
Panas tapi tidak mengurangi komitmen mahasiswa untuk menyuarakan kecaman atas sikap pemerintah dan DPR. Bahkan, beberapa saat usai istirahat Zhuhur, aksi kembali dilanjutkan.
Tidak cuma menyuarakan aspirasi melalui orasi-orasi, mereka secara bergantian menampilkan aksi-aksi teatrikal. Salah satunya melalui aksi mati suri yang dilakukan tepat di bawah terik matahari.
Aksi itu dilaksanakan massa yang ada di selatan, utara, dan barat Pertigaan Colombo. Sesuai komando, mereka sandarkan badan secara langsung mempertemukan punggung mereka dengan aspal.
"Ini merupakan penanda mati surinya hati nurani pejabat-pejabat kita," kata salah satu orator, Senin (23/9) siang.
Seusai aksi mati suri, mereka bangun kembali, mengepalkan tangan dan bersama-sama langsung menyanyikan lagu-lagu nasional. Mulai dari "Indonesia Pusaka" sampai "Tanah Airku".
Aksi sendiri sudah menutup seluruh lajur jalan yang ada di Pertigaan Colombo, Jalan Gejayan, tersebut. Kasat Lantas Polres Sleman AKP Mega Tetuko mengatakan, sejumlah rekayasa memang sudah diterapkan.
"Arus di titik-titik seperti Bundaran UGM, utara Sanata Dharma dan pertigaan ujung Jalan Gejayan itu kita alihkan," ujar Mega.