REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ribuan massa aksi 'Gejayan Memanggil' memenuhi setiap sudut yang ada di Pertigaan Colombo, Jalan Gejayan, Kabupaten Sleman, DIY, Senin (23/9) siang. Mereka tetap melakukan demonstrasi meski beberapa jam sebelumnya rektor berbagai universitas di Yogyakarta menolak aksi tersebut. Sebut saja, UGM, UNY, UIN, Sanata Dharma, Atma Jaya, UKDW dan rektor-rektor universitas lainnya.
Ratusan massa sejak pukul 11.00 sudah memenuhi titik-titik kumpul yang direncanakan. Mulai gerbang utama Kampus Sanata Dharma, pertigaan UIN Sunan Kalijaga dan bundaran UGM.
Sekitar 12.20, massa bergerak ke titik kumpul utama aksi Gejayan Memanggil di Pertigaan Colombo. Tidak lama, massa yang datang dengan berbagai almamater tiba di Pertigaan Colombo sekitar 12.40.
Mereka datang dari tiga arah jalan yang berbeda yakni dari utara atau arah Sanata Dharma, selatan atau dari arah UIN Sunan Kalijaga, dan barat atau dari arah UGM. Mereka bertemu tepat di Pertigaan Colombo.
Para mahasiswa memprotes sikap pemerintah yang dinilai semakin memojokkan rakyat mulai lewat RKUHP, UU KPK, UU Ketenagakerjaandan UU PKS. Selain itu, mereka menyampaikan protes atas tindakan kriminalisasi yang ditujukkan kepada aktivis-aktivis berbagai bidang. Sekaligus, memprotes sikap pemerintah dalam penanganan isu-isu lingkungan.
Husein Nur Rifai dari Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta mengaku resah atas kebijakan-kebijakan pemerintah. "Banyak kebijakan pemerintah yang sangat tidak relevan untuk masyarakat pada umumnya," kata Nur, Senin (23/9).
Nur berharap, elit-elit politik mendengar apa yang rakyat keluhkan. Bahkan, ia mengaku akan terus melakukan aksi-aksi unjuk rasa sampai keluhan-keluhan mereka disampaikan pemerintah.