REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan penggunaan UAV alias drone bermanfaat untuk segera mengetahui titik api di lokasi kebakaran hutan dan lahan. Dengan demikian, petugas bisa secepatnya bertindak untuk pemadaman api.
"Karhutla kendala laporan titik api terkini enam jam. Saat laporan masih kecil, tapi kemudian terpantau satelit besar. Kendalanya itu. Kami upayakan untuk menggerakkan drone, jadi bisa menggerakkan (anggota) untuk prioritas," katanya, di Blitar, Jawa Timur, Rabu (18/9).
TNI AU memiliki sederetan UAV alias drone untuk keperluan militer yang dioperasikan Skuadron Udara 51 di bawah Wing Udara 7, yang bermarkas di Pangkalan Udara TNI AU Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat. Pencitraan jarak jauh sistem optik UAV dari ketinggian tertentu mampu memberi data penting tentang sebaran titik-titik api.
Ia juga mengatakan, untuk memadamkan api di titik kebakaran hutan dan lahan, pasukan juga dilengkapi alat berat jenis eskavator. Hal itu dilakukan untuk memperbesar kanal di tengah hutan atau membuat kanal baru, jika tidak ditemukan air. Namun, untuk pasukan lain juga tetap dilengkapi dengan penyiraman masifuntuk membantu memadamkan api.
Ia juga sudah memantau secara langsung ke Riau selama empat hari terkait kebakaran hutan. Selain itu, dia juga memonitor asap di Kalimantan.
Menurut dia, untuk Riau pemadaman efektif khususnya pemadaman pasukan darat. Di Riau, terdapat 5.800 orang pasukan, dimana 2.200 dari TNI, 2.200 dari polisi, dan sisanya dari pecinta lingkungan serta BPBD, kehutanan.
Dari hasil yang terpantau, terdapat 44 titik api, dan semuanya bisa dilakukan pemadaman dari bantuan pasukan darat dan water bombing dengan menggunakan helikopter. "Konsep kami, petugas di sana dari kekuatan 5.800, kami sebar ke 120 titik. Sehingga, kalau pagi ada titik panas kami perintahkan pasukan terdekat untuk melaksanakan penindakan," kata dia.
Ia juga menegaskan, sudah meminta pasukannya untuk menerbangkan pesawat transport militer guna pembuatan hujan buatan mulai dari Sumatera hingga Kalimantan. Dari hasil meteorologi, terdapat awan yang berpotensi bisa menurunkan hujan dan disebar di Sumatera dan Kalimantan.
"Untuk Sumatera belum berhasil. Kalimantan di Palangkaraya sudah mulai ada hujan rintik-rintik. Artinya masih potensi untuk turunnya hujan, walaupun belum siginifikan. Saat ini, saya sudah koordinasi dengan BMKG ada awan yang berpotensi untuk disemai. Menurut data BMKG bahwa hujan akan turun pertengahan Oktober, sehingga kami punya waktu satu bulan, paling tidak sebelum hujan Oktober, hujan yang kami buat dan pemadaman selesai," kata dia.