Rabu 18 Sep 2019 19:42 WIB

Anak-Anak Riau Jatuh Sakit Kala Asap tak Separah Pemberitaan

Menko Polhukam Wiranto menyebut asap karhutla di Riau tak separah yang diberitakan.

Seorang balita bernama Zikra terpaksa menggunakan alat bantu oksigen karena menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan sesak nafas saat mengungsi di posko kesehatan warga terdampak kabut asap di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus Kemensos di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (18/9/2019).
Foto:
Presiden Joko Widodo meninjau penanganan kebakaran hutan dan lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019).

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menilai, kondisi asap di Riau tidak separah yang diberitakan. Hal itu ia katakan setelah melakukan kunjungan langsung ke Riau bersama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

"Ketika saya melihat dengan presiden antara realitas dengan yang dikabarkan, dengan yang ada, itu sangat berbeda. Ternyata kemarin waktu kita di Riau tidak separah yang diberitakan," kata Wiranto saat konferensi pers yang dilaksanakan di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu (18/9).

Wiranto mengatakan, ketika ia berada di Riau, jarak pandang masih cukup baik. Dengan jarak pandang tersebut, pesawat yang ia gunakan bersama dengan presiden masih bisa melakukan pendaratan. Masyarakat di sana pun ia lihat tidak menggunakan masker.

"Pesawat mendarat masih bisa, masyarakat juga belum banyak yang pakai masker dan sebagainya. Kita pun juga tidak pake masker. Karena pada saat siang sangat jelas awan-awan terlihat," tuturnya.

Ia berharap kondisi karhutla beserta asapnya dapat dibereskan sesegera mungkin. Menurut dia, seluruh elemen tidak perlu saling menyalahkan karena persoalan tersebut merupakan persoalan yang harus dihadapi bersama-sama.

"Tidak hanya tugas pemerintah, tapi juga tugas kita bersama, titik-titik api semakin lama semakin berkurang. Memang kemarin secara penegakan hukum, kita sudah mengancam kepada para pembakar, apakah koorporasi atau perorangan agar diberi hukuman yang setimpal dan tegas," katanya.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, Fandi Rahman, mengkritik Presiden Jokowi yang tak menggunakan masker saat memantau karhutla di Provinsi Riau, Selasa (17/9). Menurut dia, Jokowi seperti ingin menunjukkan kondisi Riau baik-baik saja.

"Saat beliau datang dengan tanpa memakai masker seakan-akan Riau itu sehat. Tetapi ketika pulang kondisinya seperti ini," ujar Fandi di kantor Eksekutif Walhi Nasional, Jakarta, Rabu (18/9).

Padahal, kata Fandi, masyarakat di Riau telah terpapar asap karhutla selama berpekan-pekan. Apalagi, usai kunjungan Jokowi bersama Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Menko Polhukam Wiranto, data confidence atau sebaran titik panas, menunjukkan angka 91 persen.

Berdasarkan data, Fandi menuturkan, dua hari sebelum kunjungan presiden, titik api masih berkisar 170 titik. Saat ini dari yang terpantau, titik api menjadi 300 titik dan memengaruhi kualitas udara di sana.

"Hari ini saja, dari pukul 00.00 sampai 11.46 kondisi partikel udara di PM10 berkisar 320, turun lagi 248.5, turun lagi 225. Kondisi ini fluktuatif. Karena konsentrasi titik api di Riau itu tinggi, rendah, hilang," kata dia.

Sehingga, menurutnya, kedatangan Jokowi ke Riau belum memberikan pengaruh dalam penanganan karhutla di daerah itu. Padahal, saat Jokowi berada di Riau, hujan buatan sengaja diturunkan.

"Hujan buatan itu. Tapi setelah Presiden pulang lagi-lagi masyarakat seolah diminta menikmati asap kembali," ucap Fandi.

Ia menambahkan, kondisi Riau yang memburuk jelas memengaruhi kesehatan masyarakat yang terdampak asap kebakaran. Fandi mencatat per Selasa (17/9), sebanyak 24.421 orang menderita ISPA, 749 orang iritasi mata, dan 1.370 orang menderita asma, data dari fasilitas pelayanan kesehatan setingkat Puskesmas.

“Dua hari sebelum kedatangan presiden kondisi hotspot di Riau itu berkisar di confidence itu di angka 70,” kata Fandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement