REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden kembali menggelar Rapat Terbatas (Ratas), terkait Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau, Pekanbaru, Senin (16/9). Dalam kesempatan itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menawarkan solusi teknologi berupa inovasi Biopeat untuk menyuburkan lahan gambut.
Kepala BPPT, Hammam Riza mengatakan, Biopeat merupakan terobosan teknologi berupa pupuk hayati yang dapat dimanfaatkan pada lahan gambut tanpa dibakar. “Inovasi Biopeat dapat meningkatkan pH lahan gambut sehingga dapat ditanami tanpa membakar lahan,” kata Hammam dalam siaran pers, Selasa (17/9).
Hammam menjelaskan, lahan gambut tropis mengandung asam organik yang tinggi dan memiliki unsur pH rendah. Dengan aplikasi pupuk hayati Biopeat ini, maka unsur pH dapat ditingkatkan.
“Aplikasi pupuk hayati Biopeat pada tanah gambut mampu meningkatkan pH tanah dari semula rata-rata pH 3,9 menjadi sekitar pH 5. Dengan meningkatnya pH tanah gambut, maka peluang mikroba penyubur tanah lainnya yang dapat bertahan hidup dilingkungan tanah gambut juga ikut meningkat, sehingga tanah gambut menjadi lebih subur," ujar dia.
Produk Biopeat BPPT yang dikembangkan bersama PT Riau Sakti United Plantations (RSUP) rinci Hammam, telah teruji kemampuannya melalui serangkaian uji aplikasi. Selain memperbaiki kualitas hasil panen, Biopeat juga mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama.
"Sudah diujicoba dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas tanaman Jagung, buah Nanas, dan meningkatkan kadar kemanisan buah Naga," urainya.
Hammam lantas mengharapkan, pemanfaaan teknologi produksi BioPeat yang telah dikembangkan BPPT dan dimanfaatkan oleh PT RSUP tersebut, dapat direplikasi pada lahan gambut di wilayah yang berpotensi terjadi bencana Karhutla.
“BPPT ingin petani untuk berhenti membakar lahan. Dengan adanya inovasi biopeat kami harap mampu menggantikan budaya membakar lahan," ujarnya.