Sabtu 14 Sep 2019 15:46 WIB

BMKG Jelaskan Penyebab Parahnya Sebaran Kabut Asap di Riau

Kondisi angin yang bertiup dari selatan membawa asap ke Riau.

Rep: Dian Erika Nugraheny / Red: Friska Yolanda
Seorang penjual koran mengenakan masker medis saat berjualan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang penjual koran mengenakan masker medis saat berjualan di tengah asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang makin pekat menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (13/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan penyebab parahnya kondisi kabut asap di Provinsi Riau. Salah satu penyebabnya adalah kondisi angin yang bertiup dari selatan provinsi tersebut. 

Menurut Dwikorita, kondisi titik panas (hotspot) di Riau setiap harinya fluktuatif. Artinya, ada saat di mana jumlah titik api naik, dan sebaliknya terkadang jumlah titik api mengalami penurunan. 

Baca Juga

"Angka yang saya sebutkan (titik panas) kan angka akumulatif. Tetapi kalo hariannya itu tidak selalu naik. Kadang-kadang turun, bahkan tren-nya saat ini agak turun. Tetapi kenapa asapnya banyak? Karena juga angin itu di selatan Riau bertiup lebih kencang tapi melambat di zona atas Riau," ujar Dwikorita di Graha BNPB, Jl Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (14/9). 

Angin tersebut, lanjut dia, membawa asap dari daerah selatan Riau seperti Jambi dan Riau bagian selatan. Dwikorita menyebut lokasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih banyak terjadi di bagian selatan tersebut. 

"Kemudian (asap) tersapu (angin) dan terkumpul di Riau," ungkapnya.  

Selain itu, kondisi angin yang ada di atas Riau bertiup lambat. Namun, di Selat Malaka angin bertiup cepat.  

"Sehingga Kondisinya agak terisolir di Riau tadi (asapnya), " tambah Dwikorita. 

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data di laman BMKG, sejak Jumat pagi sekira pukul 06.00 WIB, ada sekitar 1.319 titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran di Pulau Sumatra. Dari data itu,  hotspot terbanyak ada di Sumatra Selatan dengan jumlag 37 titik, sedangkan di Riau sendiri saat ini ada sekitar 239 hotspot.

Kualitas udara di Provinsi Riau sudah dinyatakan berbahaya pada Jumat (13/9) oleh BMKG. Hal tersebut juga diketahui semakin mengganggu aktivitas warga, bahkan tidak sedikit yang mengeluh karena hal tersebut.

Sementara itu, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Riau sejak Jumat sudah mencapai titik berbahaya. Pada pukul 12.00 WIB di Riau, PM 10 ada di kisaran angka 399,41 μgram/m3. Padahal angka normalnya ada di kisaran 0-50 μgram/m3. Pada Jumat, PM 10 tertinggi tercatat terjadi di Pekanbaru yang mencapai 40,10 μgram/m3.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement