Jumat 13 Sep 2019 10:44 WIB

2 Meninggal Keracunan Nasi Uduk, Sukabumi Tetapkan KLB

Korban keracunan bertambah jadi 170 Orang, Pemkab Sukabumi tetapkan KLB.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Reiny Dwinanda
Korban keracunan makanan. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Korban keracunan makanan. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Jumlah korban keracunan makanan di Desa Bojonggaling, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi bertambah menjadi 170 orang dan dua orang meninggal. Kondisi ini menyebabkan Pemkab Sukabumi menetapkan kejadian luar biasa (KLB).

"Sampai Kamis (12/9) malam, jumlah korban keracunan makanan sebanyak 170 orang,'' ujar Plt Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Harun Alrasyid kepada wartawan, Jumat (13/9).

Baca Juga

Menurut Harun, 65 orang dirawat di RSUD Palabuhanratu. Sebanyak 26 orang hasil rujukan dari puskesmas dan 39 orang datang ke rumah sakit karena jarak tempat kejadian ke rumah sakit tidak terlalu jauh.

Harun menjelaskan, sebanyak 55 orang dirujuk ke RSUD Sekarwangi Cibadak dan 50 orang lainnya dirawat di Puskesmas Bantargadung. Ia mengungkapkan bahwa di puskesmas tinggal satu orang yang masih dalam tahap observasi dan perawatan.

Korban, menurut Harun, rata-rata mengalami gejala mual, pusing, lemas, dan muntah. Hal itu terjadi setelah mereka mengonsumsi nasi uduk.

Harun mengatakan, adanya dua korban meninggal menyebabkan pemda menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) pada kasus keracunan makanan atau pangan. Kebijakan ini mengacu pada Permenkes Nomor 2 tahun 2013, di mana ketika ada dua meninggal maka sudah dinyatakan kasus KLB.

"Sesuai amanat undang-undang setiap kejadian seluruh pembiayaan ditanggung pemda tanpa dipungut sepeserpun sehingga korban tidak dibebani biaya.

Dari hasil pemeriksaan di rumah sakit, korban meninggal atas nama Rendi (9 tahun) memiliki penyakit penyerta, yakni penyakit gangguan pernapasan. Di lain sisi, Harun mengatakan, dinkes juga masih menyelidiki penyebab terjadinya keracunan dengan melakukan identifikasi lapangan keracunan makanan dan penyelidikan epidemiologi.

Menurut Harun, hasil identifikasi lapangan dan penyelidikan epidemiologi menunjukkan korban mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari acara tahlilan. Dari hasil penelusuran terungkap bahwa sumber makanan, pengolahan, dan penyajian hasil makanan kurang layak.

"Misalnya, makanan dimasak malam hari dan disajikan pada pagi hari. Kondisi ini berpotensi menimbulkan keracunan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement