CIREBON, AYOBANDUNG.COM -- Cindy Gulla, eks member grup idola JKT48, mengaku merupakan salah satu generasi milenial yang tak mengenal nama ketua RT di di lingkungan rumahnya. Alih-alih berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti, perempuan berusia 22 tahun yang akrab disapa Cigul ini, tak menampik kekurangan atensinya terhadap lingkungan sekitar rumah.
"Era sekarang adalah era diri sendiri," cetus Cigul yang pernah berperan dalam sinetron berjudul "Ayah, Mengapa Aku Berbeda?" ini.
Sekelumit pengalaman itu Cigul bagikan kepada peserta Forum Aksi Pendidikan Karakter (Pendekar) Pancasila bertema Semangat Gotong Royong Kebhinekaan Persatuan dan Kesatuan menuju Indonesia Maju di aula Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon, Kamis (12/9/2019).
Pesohor muda yang kini dikenal pula sebagai youtuber itu terutama menekankan kebangkitan kesadaran ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila, bagi generasi milenial.
Forum Aksi Pendidikan Karakter Pancasila merupakan even penguatan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Cirebon menjadi salah satu kota yang dipilih Kemenkominfo untuk kegiatan ini, selain beberapa kota lain seperti Semarang, Tangerang, Atambua, Batam, Yogyakarta, Solo, maupun Tasikmalaya.
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengindikasi pula melunturnya nilai-nilai Pancasila. Dia menyontohkan, ketika pemerintah daerah meminta semua orang memasang bendera, tak sedikit di antaranya yang memilih mengabaikan.
"Sekarang mah hare-hare wae (sekarang santai-santai saja)," ujarnya.
Mengamati fenomena semacam itu, dia pun menilai sudah waktunya bangsa ini kembali menuju penguatan Pancasila dengan semangat gotong royong kebhinekaan.
Menurut Azis, kebhinekaan sejatinya merupakan kultur masyarakat Cirebon sejak dulu. Kedatangan para pedagang dari luar negeri, seperti Arab, India, maupun Tiongkok, ke Pelabuhan Muara Jati di Cirebon menjadi warna tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakat Cirebon.
Dia pula mengimbau generasi muda khususnya, untuk meneladani para pendahulu dan menghormati kebhinekaan. Dalam kesempatan itu, Azis sekaligus memandang perlunya pemisahan antara falsafah berbangsa dan bernegara dengan keyakinan dan kepercayaan personal.
"Di Indonesia tidak ada paham yang lain kecuali Pancasila. Falsafah hidup berbangsa dan bernegara harus dipisahkan dengan keyakinan dan kepercayaan kita sendiri," paparnya.
Sementara, Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenkominfo, Wiryanta mengatakan, mengamati sejarah Cirebon sebagai kota perdagangan di masa silam, kota ini layak disebut sebagai miniatur Indonesia.
"Cirebon sebagai salah satu kota pelopor kebhinekaan yang bersatu," tuturnya.
Wiryanta sempat menyinggung pemanfaatan ponsel pintar dengan kehati-hatian. Dia mengungkapkan, tercatat hampir Rp1 triliun per hari nilai belanja pulsa atau komunikasi data di Indonesia.
Dengan nilai sebesar itu, bila ponsel dimanfaatkan dengan baik, dia menjamin perkembangan bangsa ini akan luar biasa. "Integrasi batin harus dimulai dari yang kecil. Hati-hati pakai smartphone karena dia (smartphone) ibarat pedang bermata dua," katanya.
Dia pun menghendaki kepala daerah mengupayakan warganya untuk memanfaatkan ponsel secara positif. Dalam konteks ini, dia salah satunya menunjuk pemanfaatan ponsel dalam ekonomi kreatif.
Dunia pendidikan, di sisi lain terdampak distruktif dalam era digital sekarang. Karenanya, teknologi komunikasi dan informasi harus dimanfaatkan dengan mengolaborasikannya bersama nilai-nilai kearifan lokal.
Wiryanta pun menyepakati, implementasi Pancasila sebagai falsafah hidup dan ideologi negara bisa berbeda dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut seeorang. "Dalam ideologi, intinya adalah pendidikan kewarganegaraan. Kalau ini dipahami, intoleransi dan diskiminasi akan kurang," tegasnya.