REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Program e-Sabak yang sudah di gagasa di Kota Depok pada 2015. Program ini merupakan pelopor pembelajaran berbasis teknologi pertama di Indonesia.
Penggagas sekaligus pembuat e-Sabak Chiptec Smart Learning, Ansarullah Yasin mengatakan, pogram e-Sabak adalah proses pembelajaran menggunakan tablet. Program tersebut pernah di launching oleh Menteri Informasi dan Komunukasi Rudiantara dan Menteri Pendidikan Anies Baswedan di SMP 19 Depok. Program e-Sabak sejak 2014 hingga sekarang sudah di gunakan di SMP swasta di Tangerang Selatan.
Program ini akan dilanjutkan setelah empat tahun terhenti dikarenakan banyak keingginan dari masyarakat Kota Depok. "Kami rasa program esabak sangat berguna diera digital saat ini. Penggunaan teknologi membawa dunia pendidikan lebih cepat dan lebih maju.
Program e-Sabak saat Anis Baswedan menjadi Menteri Pendidikan, sementara Menkominfo mendukung sisi infrastruktur seperti penggunaan Sabak ini," ujar Ansarullah di Kota Depok, Kamis (12/9).
Dirinya yakin program ini bakal mampu mengurangi biaya kebutuhan para siswa akan buku, karena program e-Sabak, selain lebih murah, juga tetap memiliki kualitas. Menekankan untuk kegiatan tulis-menulis, para siswa masih tetap menggunakan kertas.
"Saat ini, program telah mulai dicoba pada SMA. Untuk ke depannya, penerapan program ini dimulai dari daerah-daerah terpencil. Pada fase ini, kita fokus pada daerah-daerah yang tertinggal. Penggunaan teknologi membawa dunia pendidikan lebih cepat dan lebih maju," tutur Ansarullah.
Dia menjelaskan, ketimpangan akses pendidikan dapat dikurangi dengan penerapan konsep 3T yang meliputi terdepan, terluar, dan tertinggal. Model pendidikan e-Sabak ini segera diterapkan menyeluruh dan masuk kurikulum masa datang, yang masih dalam tahap uji coba.
"Program ini sekaligus menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja praktis dan mengembangkan model pendidikan terbuka," ucapnya.
Menurut Ansarullah, e-Sabak merupakan sarana anak belajar aktif kreatif memakai tablet android dalam kurikulum edukatif plus keterampilan hidup. "Alhasil, siswa bisa belajar kapan-dimana-siapa pun atau biasa disebut homeschooling dimana siswa bersangkutan bisa mengikuti ujian sekolah lokal dan nasional melalui sekolah negeri terdekat baik tingkat SD, SMP, dan SMA. Penggunaan teknologi membawa dunia pendidikan lebih cepat dan lebih maju. Masalah kurikulum," ujarnya.
Pemerintah dan industri, lanjut dia, mendorong operator untuk menerapkan teknologi terbaru agar bisa dimanfaatkan masyarakat Indonesia. Bahkan Menteri Informasi dan Komunikasi Rudiantara untuk menghadirkan e-sabak atau tablet ke kota-kota di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
"Setiap tablet dipakai oleh dua siswa di satu meja dan diamankan dengan daftar situs mana saja yang bisa dan tidak bisa dibuka. Namun, tablet tersebut tidak boleh dibawa pulang dan hanya dipakai di sekolah. Program e-Sabak tersebut, juga sebagai sarana mengubah paradigma penilaian orangtua terhadap keberhasilan seorang anak melalui pendidikan formal," tutur Ansarullah.
Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok yang juga anggota DPRD Kota Depok Hafid Nasir menambahkan pihaknya akan mengevaluasi program tersebut. "Ya kami dengar program tersebut kami akan cek dulu dan evaluasi jika bagus bisa saja diterapkan di sekolah di Depok," ucapnya.