REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, meninggalkan banyak kesan mendalam bagi masyarakat Indonesia. Betapa tidak, sejak era 1980-an, Habibie mulai mengenalkan konsep ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) kepada masyarakat Indonesia yang saat itu masih kental dengan ke-agrarisannya.
"Modernisasi Indonesia juga melalui kiprah dan pemikirannya," ujar ekonom senior Didik J Rachbini, Rabu (11/9).
Habibie, ujar Didik, juga memiliki peran sentral dalam mengantarkan Indonesia di masa peralihan Orde Baru menuju Reformasi yang demokratis. Dalam masa kepemimpinannya yang singkat, Habibie banyak melahirkan kebijakan yang mendorong arah demokratisasi politik, desentralisasi, Bank Indonesia yang independen, pemberantasan korupsi, dan kebijakan lain yang imbas positifnya terasa hingga saat ini.
"Boleh dikatakan Habibie adalah Bapak Demokrasi Indonesia," kata Didik.
Selain itu, Didik juga menilai warisan pemikiran dan usaha Habibie dalam bidang teknologi semestinya bisa dilanjutkan untuk memperkuat Indonesia dalam bidang teknologi. Misalnya, warisan PT PAL dalam bidang perkapalan, Pindad dalam bidang persenjataan, IPTN atau PTDI dalam bidang kedirgantaraan.
"Semestinya itu semua masuk dalam kerangka UU pembangunan teknologi nasional dan kekuatan militer. Agar Indonesia tidak diremehkan oleh dunia internasional. Ini yang diabaikan selama ini," kata Didik.
Habibie juga dikenal sebagai otak di balik pendirian Harian Republika sebagai koran yang fokus pada isu politik dan sosial yang religius dan agamis.