Rabu 11 Sep 2019 19:22 WIB

BJ Habibie, Tiga Generasi Maestro Pesawat

Ketertarikan menjadi pakar konstruksi pesawat terbang menurun ke anak dan cucunya.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Ratna Puspita
BJ Habibie
Foto: Barbara Walton, Pool Photo via AP, File
BJ Habibie

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... Presiden Ketiga RI, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng wafat pada Rabu, September 2019. Untuk itu, Republika.co.id menurunkan kembali edisi khusus "80 Tahun BJ Habibie" yang sudah ditayangkan Koran Republika ketika beliau berulang tahun ke-80. Semoga beliau diberikan tempat terbaik di sisi Allah dan diterima segala amal ibadahnya, diampuni segala kesalahan dan dosanya. Allahhummaghfir lahu warhamhu wa'aafihi wa'fu anhu...

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Peribahasa itu cukup untuk menggambarkan keluarga besar Bacharuddin Jusuf Habibie. Pasangan Habibie-Ainun dikaruniai dua putra, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Sang putra tertua mewarisi ketekunan Habibie dalam bidang dirgantara. Ilham mengikuti jejak ayahnya dengan menekuni bidang konstruksi pesawat. Ia menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Jerman seperti ayahnya.

Ilham, bersama ayahnya, kini sedang merancang pengembangan pesawat komersial anak negeri model kelanjutan N-250 yang pernah dibuat BJ Habibie. Pesawat yang akan dinamai R-80 tersebut dirakit di Bandara Kertajati, Jawa Barat. Ilham, lewat PT Ilthabi Rekatama, menargetkan R-80 yang bisa memuat 80-90 penumpang akan terbang perdana pada 2019.

Pesawat R80 diproyeksikan menjadi pesaing pesawat model Avions de Transport Régional (ATR), jenis pesawat berpenumpang kecil populer asal Prancis-Italia. Meski saat ini masih dalam tahap pengembangan, pemesan R-80 sudah mengantre. Ilham menyebut, sudah ada 150 komitmen pembelian R-80 dari berbagai perusahaan.

Ketertarikan menjadi pakar konstruksi pesawat terbang tampaknya juga menurun ke cucu Habibie. Putra Ilham Akbar, Muhammad Pasha Nur Fauzan, kini juga sedang menekuni bidang yang sama dengan ayah dan kakeknya.

Habibie mengungkapkan, wajah Pasha sangat mirip dengan dirinya ketika masih muda. Untuk membandingkan, dia menunjukkan sampul buku Rudy Kisah Masa Muda Sang Visioner tulisan Gina S Noer. Bedanya, secara fisik cucunya tersebut lebih tinggi ketimbang Habibie muda.

"Pasha, cucu yang meneruskan Eyang di bidang dirgantara. Ia mirip Eyang waktu muda, hanya tubuhnya lebih besar. Saya Javanensis, kalau dia Indonesianensis, 1,8 meter," ujar Habibie saat berbincang dengan awak redaksi Republika di kediamannya, Ahad, 19 Juni 2016.

"Dan, dia masuk Illinois Institute of Technology, belajar dirgantara konstruksi pesawat terbang. Dia generasi ketiga (yang ikut menekuni bidang konstruksi pesawat terbang dalam keluarga Habibie)," imbuhnya.

Habibie menjelaskan, banyak lulusan Institut Teknologi Illinois yang menjadi pakar di perusahaan konstruksi pesawat terbang, Boeing. Untuk masuk ke kampus tersebut, seleksinya begitu ketat.

Pada usia ke-16, Pasha masih kelas 1 SMA di Jakarta International School. Cucunya tersebut pindah ke Boston, AS, untuk masuk ke sekolah khusus yang juga menyediakan fasilitas asrama. Itu agar Pasha mendapatkan suasana belajar yang lebih kondusif.

Tujuannya, ia bisa lulus dengan nilai unggul, sehingga mudah diterima di kampus-kampus ternama dunia. Pasha lulus dengan angka tertinggi di sekolahnya, yakni 97. Adapun batas nilai tertinggi adalah 100.

"Skor yang paling tinggi nasional itu 100. Dia dapat 97," kata Habibie dengan bangga.

Habibie menuturkan, Pasha lantas melamar ke sejumlah universitas unggul di AS, seperti MIT, Stanford University, California Institute of Technology, dan Illinois Institute of Technology. Semua lamarannya itu diterima. Namun, Pasha memilih Illinois dengan pertimbangan lokasinya dekat dengan tempat belajar saudara kandungnya, Nadia Sofia Fitri Dahlia, yang berkuliah ilmu ekonomi di University of Chicago.

Selain itu, Pasha juga mendapatkan beasiswa penuh untuk belajar di sana. Habibie mengatakan, cucunya tersebut mendapatkan surat resmi dari rektor Illinois Institute of Technology yang berisikan ucapan selamat lantaran ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh serta bergabung dengan keluarga besar para ilmuwan dunia yang tak sedikit merupakan peraih penghargaan Nobel.

Habibie baru mengetahui hal itu setelah Ilham menunjukkan surat tersebut kepadanya. Menurut Habibie, Pasha meniru sifat dirinya yang selalu fokus untuk menyelesaikan studinya dan punya rasa ingin tahu yang tinggi. Bagaimanapun, Habibie berkeyakinan, cucu-cucunya mampu lebih unggul dan berwawasan luas daripada dirinya. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement