Selasa 10 Sep 2019 00:19 WIB

Sumenep Melahirkan Empu Keris Perempuan

Keris Indonesia masuk dalam daftar budaya karya agung dunia versi UNESCO.

Red: Nur Aini
Pameran Simbolika Keris. Pengunjung mengamati koleksi keris saat pameran bertajuk
Foto: Republika/ Wihdan
Pameran Simbolika Keris. Pengunjung mengamati koleksi keris saat pameran bertajuk

REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP -- Peneliti dari Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Unggul Sudrajat mengatakan Sumenep telah melahirkan empu keris perempuan sejak keris Indonesia masuk dalam daftar ICH UNESCO pada 2008.

"Keris Indonesia yang ditetapkan UNESCO sebagai Karya Agung Budaya Dunia ternyata memberikan dampak ekonomi bagi pengrajinnya, hal itu juga berdampak pada terbukanya ruang bagi perempuan untuk ikut membuat keris," kata Unggul di Jakarta, Selasa (9/9).

Baca Juga

Hasil penelitiannya menunjukkan, dari 652 pengrajin keris di Sumenep, sekitar 35 persennya adalah pengrajin perempuan. Pada awalnya mereka ikut untuk membantu suaminya agar pesanan lebih cepat selesai, namun lama kelamaan para perempuan ini semakin lihai dalam membuat keris.

"Awalnya mereka hanya ikut membantu perekonomian keluarga, namun akhirnya perempuan mengambil peran yang lebih banyak," kata Unggul.

Terlibatnya perempuan dalam pembuat keris tersebut, menurut Unggul telang mengubah sosial budaya dalam dunia keris. Keris, baik di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa, selama ini hanya menjadi wilayah laki-laki saja.

Tetapi setelah penetapan UNESCO, maka tercipta emansipasi bagi perempuan, peran perempuan pun menjadi semakin tinggi untuk membantu perekonomian keluarga. Para perempuan tersebut, yang kebanyakan ibu rumah tangga, kata Unggul, belajar membuat keris dari keluarganya.

Tidak seperti di Yogyakarta, di mana seorang empu akan membuat keris dari awal hingga akhir, di Sumenep sudah terjadi pembagian kerja dalam membuat keris. Ada yang membuat gagangnya, ada yang membuat bilah, dan lainnya. Oleh sebab itu, kemampuan empu perempuan pun tergantung spesialisasi yang dikerjakan oleh keluarganya.

"Jadi kemampuannya sesuai dari spesialisasi pekerjaannya. Misalnya keluarganya bagian membuat warangka keris, nanti istrinya juga ikut membuat waranga keris," kata dia.

Ia mengatakan dengan adanya fenomena tersebut maka laki-laki di sana semakin terbuka dengan emansipasi.

"Pada awalnya memang terasa aneh perempuan terlibat dalam pembuatan keris, namun mereka semakin terbuka dan menerima hal tersebut. Akhirnya muncullah empu perempuan," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement