Rabu 28 Aug 2019 04:43 WIB

Lanfang: Kisah Sebuah Republik di Belantara Kalimantan

Dahulu ternyata ada Republik Lanfang di Kalimantan.

etnis Hakka di Kalimantan
Foto: wikipedia
etnis Hakka di Kalimantan

Oleh: Teguh Setiawan, jurnalis senior mantan wartawan Republika, penulis buku China Muslim: Runtuhnya Republik Bisnis

Lebih satu dekade lalu, sulit bagi siapa pun—kecuali sejarawan pemerhati Tionghoa—mencari informasi tentang Republik Lanfang di Kalimantan Barat. Kini, tinggal ketik kata kunci “Lanfang Republic” di search engine dan klik, lalu seabrek informasi tentang republik pertama di Asia itu tersedia.

Prof Yuan Bingling, sinolog Universitas Fudan dan peneliti sejarah kongsi di Kalimantan Barat, membebaskan kita untuk mengakses bukunya, Chinese Democracies: A Study of the Kongsis of West Borneo, secara gratis. Sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta sempat mendokumentasikan kisah Republik Lanfang, lengkap dengan rekonstruksi suasana 200 tahun lalu.

Belakangan, Choy Ka Fai dari Singapore Art Museum—meluncurkan Lanfang Chronicles Project—sebuah proyek film dokumenter tentang migrasi masyarakat Hakka ke Kalimantan Barat, pendirian kongsi-kongsi pertambangan, dan pembentukan federasi Lanfang. Proyek ini berupaya memberi gambaran jelas tentang sejarah Lanfang dan sepak terjang imigran penambang Hakka.

Menjadi sangat menarik jika mengaitkan sejarah Republik Lanfang dengan komunitas Hakka dan Hoklo di Medan dan Kuala Lumpur. Josef Widjaja, salah seorang penulis sejarah Tionghoa, menyimpulkan, Republik Lanfang di Kalimantan Barat tidak benar-benar musnah setelah orang terakhir mereka meninggalkan pulau itu. Gagasannya dibawa masyarakat Hakka yang lari ke Medan, diwariskan ke generasi berikut yang menyebar dari Kuala Lumpur sampai Singapura. Salah satu keturunan mereka; Lee Kuan Yew, mendirikan Republik Lanfang kedua bernama Singapura.

Hasil gambar untuk Lan Fang Teguh setiawan republika

Adalah Yap Siong-yoen, menantu Liu Asheng presiden terakhir Republik Lanfangyang tergerak menulis sejarah negara dengan judul Langfang Kongsi Lidai Niance, dalam bentuk biografi pendek pemimpin-pemimpin Lanfang, mulai dari Luo Fangbo sampai Liu Asheng.

JJM de Groot, sinolog Belanda, menerjemahkan dan memperkayanya ke dalam sebuah buku berjudul, Jaarboeken Der Voorbijgegane Geslachten Van De Kongsi Lanfong. Ia juga menyuplai informasi dari arsip-arsip kongsi, mereproduksi teks-teks asli, dan membentuk kembali ukurannya.

De Groot pula yang kali pertama berbicara soal republik ketika mengurai karakteristik kongsi-kongsi di Kalimantan Barat dengan pemerintahan zongting-nya. Kedekatannya kepada Liu Asheng dan sebagai orang pertama yang berinteraksi dengan lingkaran dalam Lanfang, De Groot secara khusus mempelajari federasi kongsi.

Namun, Lanfang -- dengan ibu kota di Mandor -- bukan satu-satunya federasi kongsi pertambangan emas di Kalimantan Barat. Mary Somers Heidhues, dalam Chinese Settlement in Rural Southeast Asia: Unwritten Histories, memperlihatkan bukti Heshun Zongting di Monterado satu tahun lebih tua dari Lanfang. Jika Langfang didirikan pada1777, Monterado berdiri 1776.

Bahkan, menurut Marry Somers, sejarah kongsi pertambangan emas di Kalimantan Barat sebenarnya milik Monterado. Lanfang dan Monterado memiliki karakater berbeda dan ketika menghadapi kolonialisme Belanda¡ªmenempuh pendekatan tak sama. Lanfang memilih jalan diplomasi, lebih tepatnya kompromi. Monterado lebih suka angkat senjata.

Monterado mengobarkan perang dengan Belanda antara 1853-1854 dan kalah. Pendekatan diplomasi Lanfang menyebabkan republik ini menjadi negara protektorat Belanda sampai kematian Liu Asheng 1884.

Sejarah adalah milik mereka yang menulis. Lanfang menjadi lebih dibicarakan dalam buku-buku sejarah imigran Cina karena salah seorang generasi terakhirnya membuat catatancatatan. Meski bukan catatan lengkap, apa yang ditulis Yap Siong-yoen atau Ye Xiangyoen, memberi jalan bagi sejarawan untuk mengadakan penelitian.

Monterado boleh lebih tua dan lebih militan mempertahankan diri dari serangan Belanda, tapi Lanfang tahu bagaiman harus hidup 30 tahun lebih lama agar eksistensinya tercatat dalam sejarah. Lanfang memberi kesempatan peneliti Belanda untuk mencatat sejarahnya, sedangkan Monterado tidak.

Arsip Belanda lebih banyak berisi perlawanan Monterado. Mungkin ini pula yang membuat Marry Sommers sampai pada kesimpulan sejarah kongsi pertambangan emas di Kalimantan Barat adalah milik Monterado. Sedangkan, Lanfang dikenang masyarakat Hakka sebagai pemersatu kongsi ke dalam federasi.

Terabaikan

Lanfang, Monterado, dan kongsikongsi pertambangan adalah sejarah terabaikan. Kisah mereka luput dari kajian para sejarawan dan hanya sedikit yang tertulis dalam bahasa Indonesia.

Padahal, membicarakan sejarah pertambangan di Indonesia terutama pertambangan emas dan timah¡ªtidak bisa mengabaikan peran masyarakat Hakka. Mereka adalah pewaris teknologi pertambangan yang sampai saat ini banyak digunakan penambang di Indonesia.

Mereka adalah agen alih teknologi, tidak hanya pertambangan, tapi juga pertanian dan sistem irigasi. Mereka membangun jalan-jalan, membuka wilayah baru, membuat koneksi antara satu wilayah dan wilayah permukiman lain dengan membangun jaringan jalan.

Di bidang pertambangan, orangorang Hakka membangun reputasinya di ladang tambang-tambang timah di Bangka. Mereka adalah pekerja pertambangan nomor wahid yang menyumbang keuangan ke kantong Sultan Palembang.

Mereka menjadi rebutan sultansultan di Kalimantan Barat: Sultan Mempawah, Sultan Sambas, dan Sultan Pontianak. Di luar Kalimantan Barat, penambang Hakka dikenal sebagai pencari emas bagi Raja Brooke di Sarawak.

Pada tambang-tambang emas Kalimantan Barat, masyarakat Hakka mengembangkan metode¡ªserta menemukan inovasi baru¡ªuntuk menggandakan hasil produksi. Salah satunya dengan membangun dam-dam kecil, mengalirkan air ke selokan. Tanah yang mengandung emas dilemparkan ke dalam selokan. Tanah yang ringan akan mengalir bersama air, sedangkan logam emas yang lebih berat tertinggal di dasar selokan.

Jika sungai kering atau di penambangan tidak dialiri sungai, mereka menggali sumur dan mengangkat airnya dengan pompa hidrolik Cina. Hal serupa juga dilakukan di tanah-tanah pertanian. Sistem pompa inilah sumbangan berharga masyarakat Hakka bagi penduduk Kalimantan Barat.

Khusus di sektor pertanian, adalah masyarakat Hakka yang memperkenalkan double-cropped wet rice, atau panen ganda beras. Mereka memenuhi kebutuhan akan gula dengan menanam tebu dan mengolahnya. Bahkan, mereka pula yang merintis penanaman karet.

Mereka memperkenalkan sistem institusi demokrasi di tanah kesultanan Melayu lengkap dengan sistem peradilan, perundang-undangan, sistem pendidikan, dan perbankan sendiri. Mereka mengembangkan institusi militer yang membuat mereka bisa mengalahkan Sultan Mempawah saat menjadi sekutu Sultan Pontianak.

Lou Lan Fak, presiden pertama Lanfang, menolak keinginan rakyat dan orang-orang Melayu di daerah kekuasannya yang hendak menjadikannya sultan. Ia lebih memilih menjadi apa yang saat ini disebut presiden. Ia membuat undang-undang pemilihan presiden, sebelum ajal menjemput.

Belum ada sistem pemilu. Presiden dipilih oleh anggota zongting atau majelis permusyawaratan. Para nggota zongting berasal dari setiap kongsi yang tergabung dalam republik federasi Lanfang. Sistem pemilihannya adalah satu orang satu suara (one man one vote).

Mereka adalah sejarah. Rezim boleh saja mengabaikannya, tapi sejarawan akan selalu mengkaji dan menuliskan eksistensi mereka di republik bernama Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement