Selasa 27 Aug 2019 16:17 WIB

1.154 Km Saluran Tersier di Karawang dalam Kondisi Rusak

Ribuan hektare sawah terancam kekeringan karena saluran rusak.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Tanggul Saluran Sekunder, di Desa Wanguk, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, jebol. Saat ini  PJT II Jatiluhur dan BBWS Citarum sedang memerbaiki kerusakan tersebut.
Foto: Dok Humas PJT II
Tanggul Saluran Sekunder, di Desa Wanguk, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, jebol. Saat ini PJT II Jatiluhur dan BBWS Citarum sedang memerbaiki kerusakan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Pertanian Kabupaten Karawang melansir, saluran tersier di wilayah ini sebagian besar dalam kondisi rusak. Adapun, panjang saluran tersier ini mencapai 1.791 kilometer. Sedangkan, yang mengalami kerusakannya panjangnya mencapai 1.154 kilometer.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, M Hanafi Chaniago, mengatakan, saluran tersier merupakan jaringan irigasi, yang berfungsi sebagai prasarana penyuplai air. Terutama, untuk mensuplai air bagi areal persawahan. Saat ini, kondisi saluran tersier di Karawang mengalami pendangkalan dan penyempitan atau rusak.

Baca Juga

"Yang rusak ini, ada dua kategori yakni rusak sedang dan berat," ujarnya, kepada Republika.co.id, Selasa (27/8).

Untuk yang rusak sedang, panjangnya mencapai 591 kilometer. Sedangkan, yang rusak berat sepanjang 563 kilometer. Dengan kondisi ini, maka suplai air untuk areal persawahan tidak maksimal.

Dampaknya, saat musim kemarau ribuan hektare sawah terancam kekeringan. Sebab, air dari hulu tidak bisa sampai ke hilir paling utara dengan baik. Begitu pula di musim penghujan, ribuan hektare sawah juga terancam kabanjiran. Imbas, meluapnya air dari saluran irigasi tersebut.

Dari ribuan kilometer saluran irigasi tersier yang rusak ini, sambung Hanafi, yang telah diperbaikinya, hanya sepanjang dua kilometer. Karena itu, saluran yang rusak ini masih cukup panjang.

Jika tak segera diperbaiki, sambung dia, bisa berimbas pada produktivitas pertanian. Sebab, dengan kondisi ini jelas memengaruhi suplai air untuk areal persawahan tersebut.

Seperti di musim kemarau 2019 ini, sedikitnya 1.644 hektare sawah terancam kekeringan. Areal sawah yang terancam kekeringan itu, posisinya berada di wilayah utara Karawang atau bagian hilir. Seperti, Kecamatan Tirtajaya dan Pakisjaya.

"Solusi untuk menyelamatkan tanaman padi itu, dengan cara pompanisasi," ujar Hanafi.

Karena itu, pihaknya meminta supaya pemerintah pusat bisa memerhatikan kondisi saluran tersier di Karawang ini. Mengingat, sampai saat ini kondisi APBD belum mampu untuk menormalisasi seluruh saluran yang mengalami kerusakan tersebut.

Terpisah, Ketua Serikat Tani Karawang (Setakar) Deden Sofian, mengatakan, dampak dari kerusakan saluran tersier ini, sedikitnya sudah 5.000 hektare sawah di wilayah utara dilanda kekeringan. Sawah yang kekeringan itu, tersebar di sejumlah kecamatan. Seperti  Pakisjaya, Cibuaya, Tirtajaya, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan.

"Bahkan, yang kekeringan yang paling parah terjadi di Kecamatan Pakisjaya, seluas 1.300 hektare," ujar Deden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement