Sabtu 24 Aug 2019 07:19 WIB

Mahasiswa Papua di Bandung Trauma dan Ingin Pulang

Mahasiwa Papua Merasa tak bebas karena dipantau oleh aparat kepolisian

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Muhammad Subarkah
Sejumlah massa Aksi Kamisan dan Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme menggelar unjuk rasa di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (22/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah massa Aksi Kamisan dan Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme menggelar unjuk rasa di Jalan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis (22/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Memanasnya isu rasisme masyarakat Papua masih belum mereda. Mahasiswa Papua di berbagai daaerah pun menggelar aksi menyuarakan aspirasi berkaitan penolakan terhadap rasisme termasuk di Kota Bandung.

Mahasiswa Papua di Kota Bandung mengaku trauma dan tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Mahasiswa ingin kembali pulang ke daerah asal mereka di Papua. Hal ini disampaikan perwakilan Mahasiswa Papua, Tamelek Kosay.

“Kami tidak merasa nyaman di Jawa. Dan kami sudah merasa trauma,” kata Tamelek ditemui di Asrama Mahasiswa Papua di Cilaki, Kota Bandung, Jumat (23/8).

Ia mengatakan rasa tidak nyaman dikarenakan merasa gerak-geriknya diawasi pasca konflik di Subaraya dan Malang. Mahasiswa Papua tidak lagi bebas karena merasa dipantau terutama oleh aparat kepolisian.

Selain itu, kata dia, beberapa kontrakan yang ditinggali mahasiswa Papua bahkan beberapa kali didatangi polisi. Polisi yang memeriksa identitas para mahasiswa tidak datang sekali dua kali saja.

“Karena ada kedatangan dari aparat ke kos-kos kemarin sempat terjadi juga di Bandung. Ada kontrakan putri Tolikara, ada juga kontrakan Sriwijaya itu pun yang sudah lapor ke kami kedatangan aparat. (Merasa) diawasi, minta KTP, minta handphonenya harus begini-begini. Pagi, siang, sore datang, makanya kami juga tidak terima dengan hal itu. Kawan-kawan kami juga jadi takut dan trauma,” tuturnya.

Ia pun menyampaikan bahwa mahasiswa Papua ingin pulang ke daerah. Apalagi Gubernur Papua juga dikatakannya sudah mengintruksikan agar mahasiswa Papua pulang dan berkuliah di Papua saja. Untuk hal ini, ia mengaku sedang berkoordinasi dengan ikatan mahasiswa Papua di wilayah Jawa dan Bali.

“Gubernur Papua sudah menyiapkan tempat dan sudah mengambil sikap juga. Anak-anak segera pulang, saya siap menampung kalian di Universitas Cendrawasih dan Universitas Papua. Kami tunggu dari kawan Se-Jawa Bali kami menyepakati yang jelas kami pulang. Kami tidak merasa nyaman di Jawa,” tambahnya.

Ditanya soal jumlah mahasiswa Papua di Kota Bandung, ia mengaku tidak bisa memastikan jumlahnya. Ia hanya menegaskan bahwa seliruh mahasiswa Papua di Kota Bandung ingin pulang ke kampung halaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement