Jumat 23 Aug 2019 22:12 WIB

Pemuda Malang dan Mahasiswa Papua Serukan Perdamaian

Sksi damai digelar di Simpang Balapan, Kota Malang.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Andri Saubani
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Malang dan mahasiswa Papua mengadakan aksi damai Bhineka Tunggal Ika Indah di Bumi Arema, di Simpang Balapan, Kota Malang, Jumat (23/8).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Malang dan mahasiswa Papua mengadakan aksi damai Bhineka Tunggal Ika Indah di Bumi Arema, di Simpang Balapan, Kota Malang, Jumat (23/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Gerakan Malang Tunggal Ika berserta mahasiswa asal Papua mengadakan aksi damai di Simpang Balapan, Kota Malang, Jumat (23/8). Kegiatan yang bertemakan "Bhineka Tunggal Ika Indah di Bumi Arema" ini turut dihadiri Wali Kota Malang beserta jajarannya, Kapolres Malang, Kapolres Kota Malang, Kapolres Kota Batu, Dandim 0818 Malang-Batu, Dandim 0833 Kota Malang serta Forkompinda.

Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Malang Raya, Rachmat Arief Budiman mengatakan, kegiatan ini merupakan inisiasi bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang. Pihaknya ingin agar para mahasiswa, pemuda dan masyarakat bisa bersatu ke depannya.

Baca Juga

"Bisa terus bersatu memulai senyum Indonesia dari Malang Raya," jelasnya.

David Christian merupakan salah satu perwakilan mahasiswa asal Papua yang ikut hadir dalam aksi damai. Di kegiatan ini, dia menyerukan seluruh masyarakat melupakan peristiwa yang terjadi sebelumnya. Hal ini terutama pada kasus bentrokan yang sempat terjadi di Kota Malang, Kamis (15/8).

Sebelumnya, telah terjadi bentrokan antara sekelompok warga Kota Malang dan mahasiswa asal Papua, di kawasan Rajabali, Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (15/8). Para mahasiswa tersebut tengah melakukan perjalanan dari Stadion Gajayana menuju Balai Kota Malang untuk menyampaikan aspirasinya. Namun, di tengah perjalanan mereka bertemu dengan sekelompok warga Kota Malang dan terlibat perselisihan yang berujung bentrokan.

Atas kejadian ini, David pun menegaskan, warga Malang sesungguhnya tidak seburuk yang masyarakat Papua pikir. Dia yakin masih banyak warga Malang yang berpikiran terbuka. 

"Dan saya juga pastikan keluarga saya di Papua bahwa saya baik, aman-aman dan tidak kurang apapun," jelas pria asal Timika ini kepada wartawan di Simpang Balapan, Kota Malang, Jumat (23/8).

Selain itu, David juga mengingatkan kepada rekan-rekan Papuanya yang tengah mengenyam pendidikan di Malang. Keberadaan mereka di Malang tak lain untuk kuliah. Untuk itu, ia berharap, seluruh mahasiswa Papua bisa menekuninya tanpa harus membuat kegiatan yang meresahkan warga sekitar.

Sementara itu, Wali Kota Malang, Sutiaji mengungkapkan, Indonesia pada dasarnya memang memiliki banyak perbedaan. Tidak hanya dalam agama, tapi juga suku, ras agama dan golongan. Namun di tengah perbedaan itu, ada unsur keindahan yang sesungguhnya harus ditonjolkan.

"Dan perbedaan itu tidak untuk saling mematahkan, tapi jadi kekuatan bangsa," tegas Sutiaji.

Sutiaji berharap, tidak ada lagi masalah yang terjadi di Indonesia yang telah merdeka ini. Kebinekaan Indonesia harus terus dijunjung dengan kecintaan terhadap negara. Dengan demikian, kedamaian dapat terus terjaga termasuk di Kota Malang.

"Ayo kita gelorakan Indonesia dengan kebinekaan bahwa Indonesia akan menjadi kuat ketika kita bersama-sama," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement