REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan Airlangga Hartanto sebagai ketua umum Partai Golkar periode 2019-2023 dilaporkan terus mengalir. Menurut Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sekitar 90 persen DPD tingkat I sampai II menyatakan dukungan untuk Airlangga.
Menanggapi kabar tersebut pengamat politik, Ray Rangkuti peluang Airlangga sangat besar kembali menjadi ketum Golkar. Namun menurut Ray perlu komunikasi lebih baik agar dukungan itu bisa direalisasikan menjadi kekuatan politik dalam Munas Golkar.
“Semua tergantung komunikasi yang disampaikan Airlangga. Penentu ada di internal, DPD dan DPC. Secara peluang lebih tinggi, namun jangan lupa pendekatan negoisator tidak bisa diabaikan," kata Ray, yang juga menjabat sebagai Direktur Lingkar Madani Indonesia, di Jakarta, Kamis (22/8).
Sebab menurut Ray, bagaimana pun secara kalkulatif hampir semua pengurus baik di DPD dan DPC telah memberikan dukungan kepada Airlangga. "Memang kita ketahui, nasib caketum berada di pengurus-pengurus daerah. Karena itu semua tidak bisa diabaikan. Nah Airlangga lebih diuntungkan itu," kata dia.
Belum lagi gaya komunikasi Airlangga dinilai Ray lebih lunak. Sehingga, anak ranting Partai Golkar lebih condong kepada Menteri Perindustrian itu.
"Termasuk di Jawa Barat, ketika Dedi Mulyadi mencalonkan sebagai Cagub Jabar. Ketika itu yang dipilih bukan Dedi Mulyadi, tapi kemudian ketika terjadi masalah pada pucuk pimpinan ketika itu, akhirnya Airlangga bisa mengubah itu," kata dia.
Belum lagi, kata dia, Airlangga memiliki kedekatan historis dengan partai. Ayahnya, lanjut dia, merupakan merupakan salah satu pengurus partai beringin tersebut.
"Dia di menteri dan dekat dengan Jokowi. Belum lagi Airlangga punya historis karena bapaknya pengurus Golkar," ujar dia.
Analis politik Silvanus Alvin menilai, para sesepuh Golkar pun cenderung lebih nyaman dengan Airlangga. Para sesepuh itu, dinilai Alvin, juga salah satu kunci siapa yang akan duduk di kursi Golkar 1.
"Salah satu hal yang jadi penentu untuk mengunci kemenangan kandidat caketum Golkar adalah political support dari para sesepuh Golkar seperti JK, Akbar Tandjung dll," kata dia.
Terlebih, lanjut dia, Munas Golkar saat ini termasuk salah satu Munas yang paling seksi. Munas yang direncanakan pada Desember mendatang bisa jadi awal baru untuk Golkar. Karena sejak di era ARB, Setya Novanto hingga saat ini tren elektabilitas Golkar masih stagnan.
Yang kedua, kata dia, sudah dua pemilu Golkar tak punya kader untuk menjadi calon presiden. Jadi munas kali ini tidak akan main-main, karena jadi pertaruhan partai tersebut untuk 2024.
Tidak kalah penting, lanjut dia, siapa yang dianggap nyaman oleh Presiden Jokowi. Karena sebagai partai yang selalu masuk dan mendukung pemerintah, hubungan presiden dan ketum Golkar itu jadi penting dan esensial sekali.
"Jadi dalam munas ini, gerak gerik Jokowi patut pula diperhatikan. Jokowi lebih condong ke siapa," kata dia.