Kamis 22 Aug 2019 15:15 WIB

5 Kiat Sukses Menjadi Amil Zakat Profesional dan Unggul

Setiap amil senantiasa berorientasi memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara.

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto:
Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI

Pertama, merealisasikan tujuan dan target OPZ. Dengan kemampuan komunikasi yang baik dan efektif, seorang amil dalam sebuah OPZ seharusnya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik pada lingkungan kerjanya, baik dengan atasan, teman di level yang sama maupun dengan tim yang menjadi tanggungjawabnya.

Hal ini perlu dilakukan dalam kerangka merealisasikan tujuan dan cita-cita lembaga. Komunikasi yang dibangun seorang amil dengan baik dan efektif akan mempermudah urusan-urusan yang ada dan akan berdampak pada kesuksesan OPZ di masa depan.

Kedua, meningkatkan produktivitas. Komunikasi yang dilakukan seorang amil secara efektif akan mempemudah koordinasi dengan berbagai lihak. Dengan komunikasi yang efektif pula para amil akan menjadi semakin produktif. Produktivitas yang baik, pada akhirnya akan menguntungkan bagi OPZ.

Ketiga, mempermudah pengambilan keputusan. Secara umum, sebuah keputusan, terutama yang sifatnya strategis dalam suatu lembaga umumnya diputuskan oleh dewan direksi atau pimpinan OPZ. Dan keputusan yang diambil akan jauh lebih efektif bila sebelumnya dikomunikasikan dengan baik pada para pihak yang terkait. Kadang, keputusan yang baik, bila tak dilakukan komunikasi sebelumnya, bisa berisiko disalahpahami maksud dan tujuannya.

Dengan berlangsungnya komunikasi yang efektif, dampak negatif sebuah keputusan bisa diantisipasi terlebih dahulu. Feed back atas keputusan yang diambil, bila sebelumnya sudah dicoba dilakukan komunikasi berupa masukan-masukan atau tanggapan maka justru akan semakin menguatkan keputusan penting yang diambil.

Keempat, meningkatkan team building. Membangun tim secara efektif tak bisa dipisahkan dari bagaimana anggota tim yang ada bisa berkomunikasi dan bekerja sama. Komunikasi yang baik dan efektif akan membantu dengan mudah implementasi rencana dan tujuan tim yang dibangun.

Bila ini berjalan baik, maka tim yang ada akan efektif. Bahkan juga produktif dalam menjalankan beragam tugas dan perintah organisasi. Dan bila hal ini terus dilakukan, tak susah kiranya OPZ  yang ada bisa menjadi yang terbaik. Hal ini juga pastinya akan berdampak pada peningkatan moral dan kepuasan amil yang ada.

Kelima, menghindari konflik internal. Komunikasi efektif membantu banyak hal, termasuk mengkondisikan lembaga agar terhindar dari konflik. Jika suatu organisasi terpaksa memasuki situasi akibat adanya konflik kepentingan, maka cara-cara komunikasi yang baik dan efektif akan mengurangi dampak negatif konflik.

Makanya sebelum benar-benar terjadi konflik internal, setiap amil diperlukan untuk tahu, paham dan mampu berkomunikasi dengan baik. Hindari komunikasi yang berujung konflik dan memecahbelah situasi. Bila pun ada konflik internal, segera adakan penyelesaian konflik dengan difasilitasi pihak yang dipercaya dan dianggap netral. Komunikasi yang efektif juga menjadi sarana untuk ikut membantu memecahkan suatu masalah yang sedang terjadi di organisasi dengan damai dan penuh keakraban.

Menjadi amil zakat yang sukses, profesional dan unggul memang tidak mudah, namun semua bisa dimulai dari satu langkah kecil di awal. Langkah kecil ini bisa justru dimulai dari yang tampak paling sederhana dan kecil.

Langkah ini yaitu suatu sikap mental yang secara internal semua orang pasti punya, yakbi semangat. Dengan semangat yang terus dipupuk perlahan, jalan sukses seorang amil bisa dimulai. Jalan ini juga dapat dimulai dari apa yang paling dikuasai dengan baik. Walau mungkin kecil dan remeh, bisa jadi ia justru menjadi kunci sukses jalan yang ditempuh.

Kelima kiat tadi diharapkan mampu membantu memetakan jalan yang akan mulai ditempuh, atau malah sedang dan masih ditempuh. Ingatlah dengan baik, bahwa jalan sukses dan profesional sebagai seorang amil nukan hanya dinilai dari kerja kerasnya saja, lebih dari itu amil zakat yang baik juga lebih dinilai dari keseluruhan perilakunya dalam berinteraksi dengan banyak orang saat ia bekerja di sebuah OPZ.

Amil yang baik, bukan soal keberuntungan, ia harus membuat keberuntungan itu menghampirinya tersebab kerja keras dan kapasitas terbaik yang ia ciptakan di dunia kerjanya. Keberuntungan atau kesuksesan tidak turun begitu saja dari langit. Seorang amil akan pantas mendapatkan rezeki keberuntungan dan kesuksesan dari Allah SWT karena ia bekerja sungguh-sungguh, kerja keras dan penuh dedikasi dan keikhlasan.

Seorang amil zakat yang sukses, profesional dan unggul juga lahir, bukan karena adanya suasana kompetisi antar organisasi. Ia murni lahir dikerenakan adanya keinginan untuk kualitas dalam diri. Ketika amil berfokus pada perbaikan dan peningkatan kualitas dirinya, ia akan tenang menghadapi apapun. Termasuk ke dalam hal ini adalah soal penilaian dari pihak lain.

Berkualitas atau tidaknya seorang amil zakat sejatinya akan dapat diketahui dengan mudah dari sikap dan cara pandangnya terhadap masalah yang dihadapinya. Bila ia mudah tergoda pada urusan-urusan yang bukan menjadi pokok pekerjaan dan fokus utamanya, berarti ia memang tak punya kesadaran kuat akan esensi dan tugas utamanya sebagai amil. Sebaliknya, bila ia tetap teguh dan fokus untuk memajukan dunia zakat dalam menciptakan kesejahteraan bagi kaum miskin dan dhuafa, berarti ia layak menjadi bagian penggerak dunia zakat.

Dan pribadi yang seperti tadi, jelas merupakan ciri khas pribadi-pribadi amil yang sukses dan punya kontribusi maksimal pada dunia zakat Indonesia. Amil zakat seperti ini diharapkan mampu menciptakan komunitas untuk membangun ekosistem zakat yang baik di negeri ini. Negeri ini butuh banyak orang baik yang berani berjuang bagi pemenuhan kesejahteraan dan kebaikan bersama dalam bingkai semangat gotong royong dan bahu membahu sesama anak bangsa.

Semoga.

#Ditulis sepanjang perjalanan Semarang-Jakarta, Selasa, 20 Agustus 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement