REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Ratusan ribu tanaman mangrove atau bakau yang tersebar di sejumlah titik di wilayah pesisir utara Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tercemar minyak mentah milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ). Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang mencatat sampai saat ini sudah ada 232.000 pohon yang terdampak limbah minyak mentah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Karawang Wawan Setiawan di Karawang, Selasa (20/8), mengatakan, dalam menghitung dampak limbah minyak mentah terhadap tanaman bakau, satuannya bukan hektare. Namun, dihitung jumlah pohon yang terdampak.
Sesuai dengan pendataan dan laporan yang diterima di lapangan, kata dia, satuannya bukan hektare tapi jumlah pohon yang terdampak. Sebanyak 232.000 pohon mangrove di sejumlah titik pesisir utara Karawang saat ini terkena dampak limbah minyak mentah milik Pertamina.
Ketua Karawang Explore Hadid Suherman sebelumnya menyampaikan tumpahan minyak mentah dari sumur blok YYA-1 milik Pertamina mengancam terumbu karang, jika musim angin laut berubah arah. "Saat ini angin laut masih mengarah ke wilayah barat, tetapi jika angin laut sudah mengarah ke wilayah timur, maka ancaman terhadap terumbu karang akan terjadi," kata dia.
Menurut dia, kerusakan pada terumbu karang bisa merugikan wilayah Karawang. Selain sebagai objek wisata dan sejarah adanya bangkai kapal peninggalan VOC, terumbu karang di Karawang juga memiliki potensi penghasil oksigen yang tinggi bagi kehidupan.
"Jadi Pertamina harus menyelesaikan secepatnya tumpahan minyak mentah ini. Karena akan mengancam terumbu karang, ketika angin laut berubah arah," katanya.
TNI-Polri bantu penanganan
PHE ONWJ memasang oil bom sepanjang 5 kilometer untuk mengantisipasi tumpahan minyak di Karawang.
Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) terus optimalkan penanganan tumpahan minyak di sekitar Anjungan YYA. TNI dan Polri menerjunkan jajarannya dari berbagai wilayah untuk dapat membantu penanganan secara cepat tumpahan minyak di laut maupun darat.
Pihak TNI AD dan TNI AL menerjunkan anggotanya dari Subang, Karawang, Bekasi dan Jakarta Utara. Sedangkan, Polri menerjunkan jajarannya dari Polres Karawang dan Polres Bekasi.
Unsur-unsur TNI AL seperti Kopaska, Penyelam, Marinir dan LANAL Cirebon aktif membantu penanganan anjungan YYA, mendukung maintenance oil boom harian di offshore hingga melakukan patroli laut.
Sedangkan TNI AD dan Polri aktif membantu pembersihan di kawasan pesisir bersama masyarakat sejak 15 Juli 2019 hingga saat ini. Dalam sehari rata-rata sekitar 400 personel TNI dan Polri membantu aktif pembersihan tumpahan, hingga pengamanan di lokasi.
Selain dibantu TNI dan Polri, PHE ONWJ juga dibantu oleh masyarakat pesisir di kawasan Bekasi dan Karawang. Kapolres Karawang AKBP Nuredy Irwansyah Putra menyampaikan, Sat Polair Karawang aktif melakukan patroli offshore.
Ia menambahkan polsek-polsek di area pesisir Karawang juga aktif melakukan pengamanan dan membantu pembersihan tumpahan minyak. Ia mengatakan ini merupakan bagian dari tugas Polri untuk memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam hal ini masyarakat Karawang.
Sementara itu, VP Relations PHE, Ifki Sukarya menambahkan, PHE ONWJ berterima kasih khususnya kepada TNI/Polri yang secara aktif terlibat dalam kegiatan pengamanan dan pembersihan tumpahan minyak, sehingga dapat terlaksana dengan optimal.