Selasa 20 Aug 2019 08:33 WIB

Dua Hoaks Picu Rusuh Manokwari

Kemendagri hari ini menyebut situasi di Manokwari sudah kondusif.

Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Dadang Kurnia, Dian Erika Nugraheny, Antara

Baca Juga

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendapati dua hoaks atau berita bohong penyebab meluasnya kericuhan di sejumlah titik di Papua dan Papua Barat. Plt Kepala Biro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu mengutarakan materi kedua hoaks itu berupa insiden yang dialami mahasiswa Papua di Kota Surabaya.

Ferdinandus menduga kedua hoaks itu dibuat demi memancing emosi kubu kepolisian dan masyarakat Papua. "Sejauh ini Kemenkominfo sudah mengindentifikasi dua hoaks yakni hoaks foto (mahasiswa) Papua tewas dipukul aparat di Surabaya dan hoaks yang menyebutkan bahwa Polres Surabaya menculik dua orang pengantar makanan untuk Mahasiswa Papua," katanya pada wartawan di Jakarta, Senin (19/8).

Ferdinandus mengimbau masyarakat tetap mengutamakan sumber resmi saat mendapat informasi. Hal itu demi mencegah terhasutnya masyarakat oleh hoaks.

"Kemenkominfo imbau masyarakat untuk tidak sebarkan hoaks, disinformasi, ujaran kebencian berbasis SARA yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita," ujarnya.

Diketahui, Kemenkominfo sempat melakukan throttling atau pelambatan akses/bandwidth di beberapa wilayah Papua. Khususnya di lokasi yang terjadi aksi massa pada Senin (19/8). Pelambatan akses dilakukan secara bertahap sejak pada Senin siang pukul 13.00.

"Tujuannya untuk mencegah luasnya penyebaran hoaks yang memicu aksi," ucapnya.

photo
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan terkait kerusuhan di Manokwari dan Sorong di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (19/8/2019).

Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian pun menyatakan, kejadian di Surabaya dan Malang, yang disebut-sebut sebagai pemicu kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, dan adanya mobilisasi massa di Jayapura, Papua, merupakan peristiwa kecil. Namun, kata dia, kejadian tersebut menjadi besar lantaran diduga adanya pihak tertentu, yang sengaja mengembangkannya demi kepentingan pribadi.

"Kejadian di Surabaya maupun Malang itu semua hanya peristiwa kecil yang sebetulnya sudah dilokalisir dan diselesaikan oleh Muspida setempat. Ada pihak-pihak yang mengembangkan informasi-informasi seperti itu untuk kepentingan sendiri," kata Tito, ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Senin (19/8).

Tito juga berpendapat, kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, dan adanya mobilisasi massa di Jayapura, Papua, dipicu peredaran berita bohong atau hoaks, terutama di media sosial. Hoaks dimaksud salah satunya terkait informasi adanya mahasiswa asal Papua yang meninggal akibat keributan di Surabaya dan Malang. Padahal, kata dia, tidak ada mahasiswa adal Papua yang meninggal dalam bentrok antara mahasiswa Papua dan Ormas di dua daerah tersebut.

"Tapi kemudian muncul hoaks. Mengenai ada kata-kata yang kurang etis dari oknum tertentu. Ada juga hoaks seolah-olah ada adik kita dari Papua yang meninggal, padahal tidak. Ini ada yang mengembangkan, berkembang di Manokwari, di Jayapura, dan kemudian terjadi mobilisasi massa," kata Tito.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri masih mendalami sejumlah akun media sosial yang menyebarkan video berkonten provokasi yang diduga menjadi pemicu terjadinya kericuhan di Manokwari, Papua Barat.

"Akun tersebut menimbulkan kegaduhan di media sosial maupun (menyebabkan) tindakan kerusuhan yang dilakukan kelompok yang terprovokasi oleh diksi yang disampaikan dalam narasi tersebut," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Senin.

Menurut dia, video yang tersebar di internet menuding bahwa aparat telah melakukan tindakan diskriminasi terhadap para mahasiswa Papua. Dedi mengklarifikasi hal tersebut.

Ia menjelaskan, awalnya terjadi peristiwa perusakan terhadap bendera Merah Putih sehingga membuat masyarakat setempat terprovokasi dan hendak mengepung asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur. Namun, kata dia, kemudian aparat mencegah upaya pengepungan warga dan berupaya mengevakuasi para mahasiswa Papua di asrama tersebut untuk mencegah terjadinya bentrokan dengan warga setempat.

"Kami tidak ada tindakan rasis. Justru kami mengevakuasi agar tidak terjadi bentrokan dan korban," katanya. Menurut dia, para mahasiswa Papua tersebut kini sudah dikembalikan ke asrama.

Pada Senin pagi, sejumlah ruas jalan di Papua Barat diblokade oleh pendemo, yakni di Jalan Yos Sudarso, Jalan Trikora Wosi dan Jalan Manunggal Amban, Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari. Massa pengunjuk rasa juga melemparkan pecahan botol dan merobohkan papan reklame, tiang lampu lalu lintas di pinggir jalan Yos Sudarso serta membakar Gedung DPRD Papua Barat.

Aksi ini sebagai bentuk protes terhadap tindakan persekusi dan rasisme yang diduga dilakukan oleh organisasi masyarakat dan oknum aparat terhadap para mahasiswa asal Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur, yang terjadi pada Sabtu (17/8).

Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Soedarmo, mengatakan, situasi di Manokwari, Papua Barat saat ini telah berangsur kondusif. Kemendagri akan mengumpulkan tiga kepala daerah pascakerusuhan di Manokwari.

"Alhamdulillah sudah kondusif," ujar Soedarmo saat dikonfirmasi, Selasa (20/8) .

Dia melanjutkan, sudah ada pernyataan resmi dari Mendagri Tjahjo Kumolo, terkait tindak lanjut pascakerusuhan yang terjadi di Manokwari pada Senin (19/8). Mendagri akan memanggil Gubernur Papua, Gubernur Papua Barat dan Gubernur Jawa Timur untuk duduk bersama membahas dugaan persekusi yang menimpa mahasiswa Papua di Jawa Timur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement