Kamis 15 Aug 2019 05:13 WIB

Beda Langgam Wiranto dan JK Sikapi Tewasnya Briptu Heidar

Wiranto minta wafatnya Briptu Heidar tak diperbincangkan, JK minta TNI serang balik.

Menko Polhukam Wiranto memberikan arahan dalam acara pengucapan ikrar setia kepada Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di Jakarta, Selasa (13/08/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Menko Polhukam Wiranto memberikan arahan dalam acara pengucapan ikrar setia kepada Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika di Jakarta, Selasa (13/08/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Fauziah Mursid, Bambang Noroyono

Briptu Heidar, anggota Polda Papua yang diduga disandera kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) di wilayah Kabupaten Puncak telah ditemukan wafat. Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto meminta agar kasus ini tidak diperbincangkan.

Baca Juga

"Ya kan kita kan sedang mengamankan daerah itu, ada yang ketembak ada yang luka itu bagian dari operasi itu, itu bisa setiap hari terjadi ya. Saya berkali-kali masalah operasi seperti itu ndak usah diperbincangkanlah," ujar Wiranto di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (13/8).

Wiranto justru meminta agar masyarakat turut mendoakan pasukan keamanan yang tengah bertugas di wilayah berbahaya tersebut dan mendoakan kesadaran para pelaku. "Kita doakan supaya pasukan kita selamat, kita doakan ada kesadaran bahwa pelaku-pelaku yang disebut KKSP itu," kata dia.

Seperti diketahui, jenazah Briptu Heidar ditemukan tak jauh dari lokasi pengadangan di Kampung Usir, dekat Kampung Mudidok Kabupaten Puncak. Briptu Heidar meninggal saat bersama Bripka Alfonso Wakum mengendari sepeda motor melintas di sekitar Kampung Usir sekitar pukul 11.00 WIB.

Saat melintas ada warga yang memanggil nama korban, sehingga keduanya berhenti dan korban datang menghampiri warga sipil tersebut. Namun, tiba-tiba dari dalam semak belukar muncul sekelompok warga yang diduga anggota KKSB dengan membawa senjata api lengkap menangkap korban dan membawanya.

Sedangkan, Bripka Wakum yang melihat insiden tersebut langsung menjatuhkan diri dan bersembunyi. Ketika situasi dianggap aman yang bersangkutan langsung menuju Polsek Ilaga untuk melaporkan insiden yang mereka alami.

Sikap berbeda ditunjukkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) atas insiden yang dialami Briptu Heidar. JK mendukung langkah Polri bersama TNI yang memburu pelaku penembakan Briptu Heidar dan menumpas secara tuntas KKSB yang telah menyerang aparat negara.

"Apabila ada yang menyerang aparat polisi negara, harus diselesaikan, harus diserang balik. Itu harus. Kalau diterima begitu saja itu salah," ujar JK saat diwawancarai wartawan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (13/8).

JK menegaskan, serangan balik yang dilakukan TNI/Polri bukanlah pelanggaran hak asasi manusia (HAM). "Itu bukan pelanggaran HAM, karena yang melanggar HAM siapa yang duluan (menyerang), sering orang, apalagi luar negeri menganggap semua pelanggaran HAM, bagaimana HAM kalau yang meninggal TNI dan polisi lebih dahulu," ujar JK.

JK juga menyampaikan duka cita mendalam atas gugurnya Briptu Heidar. Ia berharap aparat bisa menyelesaikan persoalan di Papua agar kejadian penembakan tersebut tidak berulang dan Papua menjadi lebih aman.

"Ya tentu kita merasa berduka cita. Memang di daerah konflik selalu ada korban. Tapi yang penting kita selesaikan masalahnya. Secara umum. Supaya Papua itu lebih aman," kata JK.

Polri bersama TNI tengah memburu pelaku penembakan anggota Ditreskrimum Polda Papua, Briptu Heidar, yang gugur di Kabupaten Puncak, Papua. Meski belum menangkap pelaku, namun aparat mengaku telah mengidentifikasi pelaku.

Kepala Biro Penmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan pelaku penembakan adalah anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB). Dari keterangan para saksi, polisi meyakini pelaku penembakan seseorang berinisial JM dari kelompok G yang menguasai daerah Puncak.

"Tim gabungan dari TNI dan Polri terus melakukan pengejaran terhadap pelaku penembakan. Sudah diidentifikasikan yang melakukan eksekusi bernama JM," ujar Dedi.

Meski sudah mengidentifikasi pelaku, tim gabungan Polri dan TNI belum mampu menangkap JM maupun kelompok G. Dedi mengatakan, kondisi geografis yang sulit, dan cuaca yang ekstrim di wilayah Puncak, Papua, membuat perburuan pelaku penembakan belum menghasilkan apapun.

“Di sana wilayahnya cukup luas dan kondisi geografisnya sangat ekstrim, tetapi tim gabungan TNI dan Polri terus melakukan pengejaran,” sambung Dedi.

[video] Masyarakat Papua tak Ada yang Menolak Pembangunan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement