Rabu 14 Aug 2019 08:22 WIB

Kisah Dimas dan Tekad Pemerataan Sinyal

Komitmen Kemenkominfo, Indonesia akan merdeka sinyal pada 2020.

Kominfo Targetkan program Indonesia Merdeka Sinyal terealisasi pada 2020.
Foto: dok. Republika
Kominfo Targetkan program Indonesia Merdeka Sinyal terealisasi pada 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Purnama Putra, wartawan Republika

Dimas Ramadhan (22 tahun) pastinya akan terus mengenang pengalaman buruk yang menimpanya pada Sabtu, 3 Maret 2018. Kala itu, ia tersesat usai mendaki Gunung Salak melalui jalur Pasir Reungit. Kabar hilangnya Dimas itu dilaporkan seorang teman yang ikut melakukan pendakian sejak pagi, yaitu Fadli.

Setelah terpisah dari rekannya, Dimas tampak panik. Dia melaporkan keadaannya yang tersesat di kawasan Kawah Ratu, Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dimas beruntung di daerah yang masuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak itu masih terdapat sinyal ponsel, bahkan 4G hingga ia bisa membuka Instagram di akun @dms_rmdhn.

Dimas pun memanfaatkan fitur Instastory, untuk meminta tolong kepada temannya yang sedang aktif di Instagram. Warga Jalan Batutulis, Gang Balekambang RT 01 RW 04, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, ini pun bikin status dan menunjukkan lokasi tempatnya saat ini.

"Penting, bantu gua tersesat di Kawah Ratu, Gunung Salak. Tolong info ke sana, gua ga tau jalan pulang gua tersesat ikut arus air ke arah atas. Tolong bantu," begitu pesan yang disampaikan Dimas.

Sontak saja, status itu membuat heboh teman-temannya, hingga ada yang berinisiatif melaporkan hal itu kepada petugas keamanan. Dimas juga sempat mengirimkan pesan kepada temannya yang merespon Instastory-nya, yang mengabarkan baterai ponselnya akan habis. Dia mengaku kedinginan di lokasi tersebut dan meminta bantuan secepatnya.

Sebelum ponselnya mati, Dimas sempat membuat unggahan terakhir pada pukul 20.00 WIB, terkait foto screenshot Google Maps yang menunjukkan posisinya. Berbagai petunjuk itu oleh temannya dikirimkan kepada petugas.

Beberapa saat sebelumnya, petugas gabungan terdiri Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota, dan Pemolisian Masyarakat (Polmas) Bogor Raya, yang memastikan benar adanya pendaki tersesat, akhirnya sejak sore langsung menyusuri jalur pendakian Gunung Salak.  Tim bergerak cepat hingga pada malam hari, akhirnya bisa menemukan survivor. Di lokasi itu, selain Dimas, ada juga pendaki lain, Mardiansyah (23 tahun) yang juga tersesat. Petugas bisa lekas menemukan Dimas lantaran memiliki beberapa petunjuk yang ditinggalkannya, salah satunya foto di Instastory.

Pun ada petugas yang hafal dengan medan Kawah Ratu sehingga keberadaan survivor mudah ditemukan. Pada malam itu pula, kedua pendaki yang bertahan dalam keadaan dingin itu dibawa turun sampai Pos Pasir Reungit, hingga diantarkan sampai ke rumahnya dalam kondisi sehat.

Belajar dari peristiwa itu, keberadaan sinyal ponsel di kawasan hutan yang selama ini identik dengan blank spot area, ternyata menolong para pendaki yang tersesat. Memang kejadian yang menimpa Dimas dan Mardiansyah terbilang langka. Pasalnya, di tengah hutan, ia masih bisa mengakses medsos untuk mengabarkan kepada dunia luar.

Kalau saja, saat itu tidak ada sinyal yang tertangkap ponsel Dimas, tentu proses evakuasi berjalan lebih lama. Belum lagi, petugas harus mencari lokasi terkini pendaki pada malam hari yang jelas menyulitkan. Ditambah udara dingin yang mengancam tubuh survivor, bisa saja insiden buruk menimpa para pendaki itu.

Tetapi, nasib baik benar-benar berpihak kepada Dimas hingga ia ditemukan dalam kondisi baik-baik saja. Lagi-lagi, ia tertolong berkat memanfaatkan medsos untuk keperluan darurat, yang bisa digunakan secara optimal karena berada dalam jaringan 4G.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement