Selasa 13 Aug 2019 19:15 WIB

Mengenang Dr Sardjito Lewat Mata Penerusnya

Selain tokoh kesehatan, Sardjito berperan dalam berdirinya kampus terbaik Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yudha Manggala P Putra
Prof. Dr, M. Sardjito,MPH
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Prof. Dr, M. Sardjito,MPH

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- 13 Agustus 2019 menjadi hari yang istimewa bagi RSUP Dr Sardjito. Sebab, hari ini, 130 tahun lalu di Magetan, lahir sosok visioner serta salah satu tokoh kesehatan terbesar di Tanah Air.

Sardjito, tidak cuma dikenal sebagai dokter pada masa perjuangan. Sosok yang akrab dikenali di arsip-asrip nasional dengan kekhasan rambut berwarna putihnya itu merupakah tokoh besar bangsa.

Selain bidang kesehatan, Sardjito memiliki peranan sangat vital dalam berdirinya kampus-kampus terbaik di Indonesia. Sebut saja Universitas Gadjah Mada dan Universitas Islam Indonesia.

Tidak cuma aktif dalam pergerakan Boedi Oetomo, lulusan predikat terbaik STOVIA pada 1915 itu menginisiasi Colombo Plan. Itu jadi program restorasi setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Bagi penerus-penerusnya di RSUP Dr Sardjito, karakter Sardjito yang meninggal 5 Mei 1970 tidak pernah berhenti menginspirasi. Bahkan, api semangatnya melayani masyarakat dijaga terus membara.

Direktur Umum dan Operasional RSUP Dr Sardjito, Rini Sunaring Putri mengatakan, Dr Sardjito benar-benar sosok dokter sejati. Artinya, dipenuhi sifat sosial, penyayang dan berkompeten.

"Beliau pintar, pintar sekali, setiap mengobati selalu bisa menyembuhkan, lalu lewat sapaan-sapaan ramah beliau, dokter benar-benar jadi sosok manusiawi," kata Rini, Selasa (13/8).

Bagi Rini, merawat dengan hati merupakan komitmen nomor satu. Bahkan, terkenal melayani seorang pasien selayaknya murid yang sedang diajarkan begitu banyak ilmu-ilmu kedokteran.

"Beliau sabar layaknya guru, memberi layanan ke pasien seperti murid, benar-benar guru," ujar Rini.

Senada, Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto mengingatkan, dokter yang baik memang yang mengobati pasien. Namun, ia merasa, dokter yang hebat harus lebih dari itu.

"Dokter yang hebat merupakan dokter yang menyembuhkan pasien," kata Rukmono.

Dokter, lanjut Rukmono, harus memberikan fokus kepada manusianya. Kemudian, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan zaman, tanpa melupakan jati diri mereka sebagai dokter.

Melalui nilai-nilai itu, ia merasa RSUP Dr Sardjito hingga kini masih mampu menjaga komitmennya melayani masyarakat. Sekaligus, menjaga kepercayaan besar yang diamanahkan bangsa.

"Lewat itu RSUP Dr Sardjito bisa terus melakukan modernisasi, tapi di sisi lain terus melayani dan terus dipercaya," ujar Rukmono.

Ini, lanjut Rukmono, jadi satu pendorong dihadirkannya salah satu layanan istimewa di RSUP Dr Sardjito bernama Poli Sore beberapa waktu lalu. Poli Sore, hampir tidak bisa ditemukan di RS-RS lain.

Sebab, Rukmono menekankan, pasien-pasien pengguna BPJS bisa mendapatkan layanan tidak cuma selama jam kerja. Tapi, bisa terlayani pula mulai pukul 16.00-21.00.

"Tapi, memang jumlahnya tidak bisa terlalu banyak karena ditangani staf-staf dan dokter-dokter spesialis langsung," kata Rukmono.

Seirama, Direktur Keuangan RSUP Dr Sardjito, Amir Hamzah Mauzzy menilai, hingga kini nilai-nilai yang ditanamkan Dr Sardjito masih terjaga. Itulah yang justru menjadi pondasi.

Komitmen melayani masyarakat sepenuh hati, kata Amir, senantiasa menjadi pertimbangan utama. Karenanya, hari ini, pelayanan BPJS, misal, akan dilayani sepenuh hati. "100 persen BPJS dapat dilayani tanpa dibeda-bedakan yang membayar," ujar Amir.

Ia menegaskan, semangat dokter-dokter di RSUP Dr Sardjito memang mempertaruhkan nama Sardjito itu sendiri. Sehingga, pelayanan yang harus diberikan harus sesuai semangat tinggi dalam melayani Dr Sardjito.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement