REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono justru membantah keberadaan penumpang gelap yang tidak menyukai rekonstruksi Prabowo Subianto dan Joko Widodo. Pernyataan Arief ini bertolak belakang dengan pernyataan sejumlah politikus Gerindra.
"Jadi penumpang gelap itu cuma isapan jempol saja yang sengaja dilontarkan orang orang lagi banyak dapat untung gede dari perhelatan Pilpres," kata Arief Poyuono saat dihubungi, Selasa (31/8).
Poyuono berkelakar seluruh 'penumpang' sudah terdaftar dalam manifest penumpang. Artinya, seluruh pihak pendukung Prabowo-Sandi dalam Pilpres sudah jelas dan tidak ada yang disebut sebagai penumpang gelap.
"Sekarang mereka semua sudah kembali ketempat masing masing karena tujuannya sudah sampai dan sudah selesai, yaitu KPU sudah menetapkan pemenang Pilpres yaitu Joko Widodo-Maruf Amin," ujar Arief.
Ia pun menyatakan, kompetisi sudah usai. Ia berharap, semua pihak tidak perlu saling memojokkan dengan isu penumpang gelap.
"Kasihan relawan relawan Prabowo Sandi yang sukarela dan iklas berjuang dianggap penumpang gelap. Wong relawan Prabowo Sandi Juga sudah move on kok dan sudah kembali beraktivitas non-politik ya," ujar Arief.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengungkapkan ada pihak yang sering menghasut Prabowo Subianto di Pilpres 2019 demi kepentingan pribadi. Ia menyebut pihak tersebut dengan julukan penumpang gelap.
Dasco menyebut, penumpang gelap tersebut selama Pilpres 2019, tak lelah mendukung Prabowo. Bahkan, dukungan mereka tak surut hingga Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengajukan sengketa Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Penumpang gelap itu disebut berniat melakukan demonstrasi selama sidang sengketa pilpres di sekitar MK. Namun saat itu, Prabowo dengan tegas menolak hal tersebut.
"Itu tidak disangka dan tidak diduga, Prabowo akan umumkan ke pendukungnya untuk tidak melakukan demo, tidak datang ke MK agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Dasco di Hotel Ashley, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/8).
Keputusan Prabowo itu mengecewakan penumpang gelap yang sedari awal mendukungnya. Tak sampai di situ, mereka pun menghasut mantan Danjen Kopassus itu agar mengikutsertakan ulama dan emak-emak agar memprotes hasil Pilpres 2019.
Juru Bicara Gerindra Andre Rosiade pun mengklarifikasi, penumpang gelap itu bukanlah ulama yang tergabung dalam Persaudaraan Alumni 212. Penumpang gelap itu bukan juga berasal dari partai koalisi pendukung Prabowo-Sandi.
"Penumpang gelap itu bukan dari koalisi bukan juga ulama 212, saya ingin klarifikasi ya, penumpang gelap itu bukan teman koalisi kami bukan juga ulama 212 yqng mendukung kami," kata Andre Rosiade, Sabtu (10/8) lalu.
Penumpang gelap itu, kata Andre, telah berusaha membenturkan kubu Jokowi dan Prabowo. Andre mengatakan penumpang gelap itu mendatangi Prabowo, lalu menjadikan ulama dan emak-emak itu sebagai korban bentrokan dengan aparat kepolisian.
Namun, dorongan penumpang gelap itu tidak disetujui oleh Prabowo. Menurut Andre, Prabowo tak setuju bila sampai terjadi keributan di Indonesia.
"Karena itu ingin Indonesia chaos, ingin pak Jokowi disalahkan, ingin Indonesia ribut. Pak Prabowo sebagai patriot dan negarawan menolak hal itu," ujar Andre menegaskan.
Kendati demikian, Andre enggan menjelaskan secara rinci identitas maupun kelompok penumpang gelap yang dimaksud. Andre menyerahkan pada aparat ihwal penindakan penumpang gelap itu. Ia juga menyebut, penumpang gelap itu sudah berada dalam penanganan aparat.