Senin 12 Aug 2019 21:51 WIB

Pemkab Karawang Kebut Bahasan Kompensasi Pencemaran Minyak

Pembahasan dikebut untuk meminimalisasi oknum yang ingin diberi kompensasi pencemaran

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Tim pengawas PHE ONWJ memantau area tumpahan minyak mentah yang tercecer di Laut Utara Karawang, Jawa Barat, Senin (12/8/2019).
Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Tim pengawas PHE ONWJ memantau area tumpahan minyak mentah yang tercecer di Laut Utara Karawang, Jawa Barat, Senin (12/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pemkab Karawang, kebut pembahasan mengenai kompensasi dampak dari kebocoran minyak yang mencemari 10 desa di wilayah itu. Saat ini, pendataan sedang dilakukan. Salah satunya, untuk meminimalisasi adanya oknum yang ingin diberi kompensasi.

Ketua tim koordinasi kompensasi pencemaran limbah minyak yang juga Sekda Karawang, Acep Jamhuri, mengatakan, pemkab telah membentuk tim koordinasi. Tim ini, melibatkan sejumlah pihak terkait, dengan tugas merumuskan mekanisme serta strategi inventarisasi warga yang terdampak.

Baca Juga

"Tim ini, akan segera bekerja, jika sudah ada SK dari bupati. Serta, menunggu form dari kementerian," ujar Acep, Senin (12/8).

Karena itu, pihaknya akan benar-benar mendata semua aspek dampak dari kerugian secara detil dan akurat. Sehingga, tidak ada oknum yang tak terdampak, namun ikut meramaikan dan ingin diberi kompensasi.

Dengan begitu, data yang dimiliki tim ini akan disingkronkan dengan data Pertamina. Saat ini, ada 10 desa yang terdampak dari pencemaran spill oil ini. Selain itu, ada 4.993 hektare tambak ikan dan 108 hektare tambak garam, yang turut terdampak pencemaran tersebut. 

Sebelumnya pihak Pertamina Hulu Energi Offshore North Java (PHE-ONWJ), mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam menangani pembersihan tumpahan minyak yang tidak tertangkap di laut dan lepas hingga ke pantai. VP Relation Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya, menyebut terdapat sekira 1.500 personel yang terjun beserta peralatannya.

"Selain dukungan dari warga sekitar area terdampak, jumlah anggota TNI yang bekerja sama menangani oil spill sepanjang pantai terdampak di wilayah Karawang sebanyak 87 personel," ujar Ifki pekan lalu.

Ifki menyampaikan sejumlah perlengkapan dan peralatan  penghadang tumpahan minyak dipasang di pesisir dan muara sungai untuk mencegah meluasnya oil spill di perairan dan aliran sungai. Ifki menjelaskan warga yang terlibat dalam aksi pembersihan oil spill ini adalah tenaga pendukung yang melakukan aksi permbersihan ini atas keinginan sendiri.

Tenaga pendukung ini adalah warga setempat yang sehari-harinya hidup dan tinggal di kawasan itu. "Mereka dilengkapi dengan perlengkapan yang sesuai dengan standar keamanan dan keselamatan pembersihan tumpahan minyak," lanjut Ifki.

Selain warga, lanjut Ifki, anggota TNI juga terlibat aktif membersihkan oil spill yang menjangkau  pantai. Mereka terbagi dalam beberapa regu yang berkoordinasi dengan tim Pertamina dan tenaga pendukung lainnya. 

"Oil spill yang terkumpul dimasukkan ke dalam karung plastik dan diangkut ke lokasi pengolahan limbah B3 yang bersertifikat," ucap Ifki.

Menurut Ifki, untuk memaksimalkan upaya penghentian penyebaran oil spill yang terlepas dari penghadangan di laut, PHE ONWJ telah memasang ratusan meter fishnet di pantai terdampak dan 2700 meter oil bom yang ter-deploy di muara sungai.

Peralatan ini dapat mengisolir sebaran oil spill di atas permukaan dan menghambat pergerakannya masuk ke dalam aliran sungai. Sehingga pencemaran perairan dan sungai dapat dikendalikan dan kehidupan biota laut dan sungai dapat diselamatkan.

Untuk menjaga kesehatan warga di perairan terdampak, PHE ONWJ juga mendirikan Pos Kesehatan di area terdampak. PHE ONWJ telah bersinergi dengan Pertamedika dengan mengirimkan lima ambulans, lima dokter dan 35 paramedis yang disebar di lima Posko Kesehatan di Desa Cemara Jaya, Desa Sungai Buntu, Desa Sedari, Desa Tambak Sari, dan Desa Muara Beting.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement