REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, pasokan air yang mulai menipis menjadi kendala penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah. Meski begitu pemerintah menegaskan akan terus berupaya melakukan pemadaman.
Direktur Pengendalian Karhutla KLHK Raffles Panjaitan mengatakan, pemerintah terus berupaya melakukan pemadaman api di sejumlah titik karhutla. Kendati demikian pasokan air yang ada di puncak musim kemarau seperti sekarang menjadi pekerjaan rumah tersendiri.
“Iya, (air) sudah menipis. Udara kering kan kalau wilayah gambut kan airnya habis, Kita juga mencari air susah, itu yang bikin lambat penanganannya,” kata Raffles saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/8).
Meluasnya Karhutla salah satunya terjadi di Kalimantan. Berdasarkan catatan kepolisian daerah Kalimantan, jumlah lokasi karhutla meningkat dari 69 menjadi 82 titik api. Adapun wilayah terpara berada di Kalimantan Barat yakni 120 menjadi 419 titik api.
Sedangkan berdasarkan data yang ditangkap satelit, jumlah titik panas di Riau tercatat mencapai 38 titik, di mana wilayah Rokan Hilir menjadi kabupaten terparah terdampak karhutla. Menurut dia, kendala pemadaman karhutla juga terjadi lantaran wilayah yang terdampak sulit diakses satgas karhutla.
Meski begitu pihaknya meyakinkan pemerintah akan terus berupaya melakukan pemadaman secara terpadu, salah satunya dengan melakukan water boombing. Berdasarkan catatan KLHK, luasan indikasi Karhutla periode Januari-Mei 2019 mencapai 42.740 hektare. Luasan tersebut terdiri dari lahan mineral seluas 15.202 hektare dan lahan gambut seluas 27.538 hektare.