REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Rumah Mentawai merupakan sebuah travel agency berbasis website untuk menawarkan keindahan alam sekaligus memberdayakan masyarakat Kepulauan Mentawai.
Fransiska Myrna, salah satu mahasiswa Unika Atma Jaya yang mengembangkan wirausaha sosial Rumah Mentawai, menjelaskan bahwa idenya datang setelah pengalamannya tinggal selama sebulan di Kepulauan Mentawai untuk kegiatan pengabdian masyarakat.
“Selama sebulan aku dan teman-teman tinggal di Mentawai, kami menyadari kalau pembangunan dan perekonomian di sana masih tertinggal. Misalnya, listrik yang belum tersedia dua puluh empat jam dan masih sulitnya akses darat. Padahal, menurut kami Kepulauan Mentawai berpotensi untuk dikembangkan karena alamnya yang indah dan kebudayaannya yang unik,” jelas Myrna.
Program Rumah Mentawai juga mengadopsi sila kelima Pancasila, yaitu untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Kepulauan Mentawai. Sehingga, wirausaha sosial ini diharapkan tidak hanya mendatangkan keuntungan secara bisnis tetapi juga dapat membantu mengurangi permasalahan sosial di Indonesia.
Dengan Rumah Mentawai, turis dapat menikmati keindahan dan mengenal kebudayaan di sana yang akan dikenalkan langsung oleh masyarakat Kepulauan Mentawai. Misalnya, turis akan tinggal di rumah penduduk setempat dan disuguhi makanan lokal khas Mentawai. Selain itu, masyarakat Kepulauan Mentawai akan diberdayakan untuk mengajarkan sejarah dan budaya Kepulauan Mentawai.
Selain Myrna, program Rumah Mentawai dikembangkan bersama Gabrielle Lourdes dari Unika Atma Jaya, serta Maulvi Zehra dan Stanislaus Seanbert dari BINUS University pada kompetisi Social Entrepreneurship Hackathon. Mereka merupakan salah satu tim yang mendapatkan hibah untuk menjalankan programnya.
Social Entrepreneurship Hackathon merupakan kompetisi yang menantang mahasiswa untuk berinovasi menciptakan wirausaha sekaligus dapat memberikan dampak positif terhadap sosial dan lingkungan. Acara ini merupakan kerja sama antara Unika Atma Jaya dan BINUS University serta didukung oleh Goethe-Institute Jakarta.