Jumat 09 Aug 2019 13:15 WIB

Pengamat: Seloroh Pidato Mega Tanda Komunikasi Cair

Komunikasi cair setelah upaya rekonsiliasi yang terjadi di antara partai politik.

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Wakil Presiden Yusuf Kalla (kanan), Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri), Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin (kedua kiri) memukul kentongan sekaligus membuka Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Kamis (8/8/2019).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) bersama Wakil Presiden Yusuf Kalla (kanan), Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri), Wakil Presiden terpilih Ma'ruf Amin (kedua kiri) memukul kentongan sekaligus membuka Kongres V PDIP di Sanur, Bali, Kamis (8/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seloroh-seloroh yang dilontarkan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri ketika berpidato menunjukkan komunikasi politik di antara sebagian elite politik sudah cair. Hal itu setelah upaya rekonsiliasi yang terjadi di antara partai-partai politik setelah Pemilu 2019.

"Fenomenanya bahwa sebenarnya ketika ruangan itu tidak ada lagi sekat komunikasi, semuanya melebur," kata pakar komunikasi politik Lely Arrianie ketika dihubungi di Jakarta pada Jumat (9/8).

Baca Juga

"Ketika itu (Kongres V PDI Perjuangan) semua tamu duduk di bangku yang sama, deret yang sama, jadi karena itu komunikasinya seperti tanpa jarak, tanpa ada sekat koalisi, oposisi, itu semua tersingkirkan untuk sementara," kata dia. 

Ia mengatakan pidato Megawati menempatkan apa yang sebenarnya biasa dilakukan di panggung tengah dan belakang dalam dunia politik ditempatkan ke depan. Ia merujuk kepada seloroh Megawati tentang pemidahan posko kemenangan Prabowo Subianto yang dipindahkan ke Jawa Tengah, yang dikenal sebagai lumbung suara PDI Perjuangan.

Prabowo yang pernah menjadi pasangan Megawati dalam pertarungan di Pemilu 2004 juga hadir di kongres itu. Bahkan Prabowo, yang menjadi viral Jokowipada Pemilu 2019, diberi tempat duduk di barisan VIP bersama Megawatidan Jokowi.

Seloroh itu sebetulnya menunjukkan sebenarnya tidak ada pertarungan sengit antara Megawati dan Ketum Gerindra itu, kecuali ketika mereka dipertemukan dalam kontes Pilpres. Ia juga mengatakan, Megawati berseloroh tentang jatah menteri merupakan hal yang wajar dan pendekatannya menggunakan humor adalah langkah yang tepat.

"Gayanya main-main, tapi itu tujuannya benar, beda dengan yang lain mengatakan langsung sudah menyiapkan menteri padahal bukan pemenang," tegas Ketua Program Magister Komunikasi Universitas Jayabaya itu.

Sebelumnya, dalam Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Megawati menyinggung soal jatah menteri lebih banyak untuk partainya. Dengan berseloroh, Mega berkata, sebagai partai yang dua kali meraih suara terbanyak dalam Pemilu sudah sewajarnya memilli jatah lebih banyak.

"Jangan nanti (Jokowi bilang) 'PDIP sudah banyak kemenangan, sudah ada di DPR, nanti saya kasih cuma empat', ya emoh, tidak mau, tidak mau, tidak mau. Orang yang tidak dapat saja minta. Horeee...!," ujar Mega.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement