Kamis 08 Aug 2019 14:01 WIB

Sosok Mbah Moen di Mata Seorang Megawati

Megawati kembali berbelasungkawa atas kepergian Mbah Moen.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Politikus PDI Perjuangan Puan Maharani (kedua kanan) dan Politikus PDI Perjuangan Prananda Prabowo (kedua kiri) berjalan memasuki ruangan Pembukaan Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (8/8/2019).
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Politikus PDI Perjuangan Puan Maharani (kedua kanan) dan Politikus PDI Perjuangan Prananda Prabowo (kedua kiri) berjalan memasuki ruangan Pembukaan Kongres V PDI Perjuangan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (8/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Megawati Soekarnoputri kembali menyampaikan belasungkawa atas kepergian KH Maimun Zubair. Hal itu dia sampaikan sesaat sebelum membacakan pidato politik pembukaan dalam Kongres V PDIP di Bali, Kamis (8/8).

"Sebelum saya menyampaikan pidato politik, izinkan saya sampaikan sebuah belasungkawa mendalam atas wafatnya ulama sederhana," kata Megawati Soekarnoputri sambil menitikan air mata.

Baca Juga

Menurut Megawati, KH Maimoen alias Mbah Moen merupakan sosok yang mengabdikan diri untuk mensyiarkan Islam di Indonesia. Mbah Moen telah membangun Islam yang indah dalam harmoni keberagaman Indonesia. "Saya dekat dengan,....panggilannya Mbah Moen. KH Maimun Zubair, doa kami menghantari ke haribaan-Nya," tambah Mega lagi.

Seperti diketahui, Mbah Moen mengembuskan nafas terakhirnya di usia 90 tahun pada waktu subuh waktu Makkah. Kiai khasrismatik itu merupakan ulama kelahiran 28 Oktober 1928. Mbah Moen rencananya akan dimakamkan di kompleks pemakaman Ma’la, Makkah.

Mbah Moen merupakan seorang ulama dan politikus. Dia merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang. Politik dalam diri Mbah Moen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan.

Mbah Moen juga merupakan seorang alim, fakih sekaligus muharrik (penggerak) yang  menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fikih. Mbah Moen merupakan kawan dekat dari almarhum Rais Aam PBNU Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement