JAKARTA, AYOBANDUNG.COM -- Sesar Baribis sebenarnya aktif dan sudah ada sejak dulu. Mendadak ramai diperbincangkan setelah ahli geodesi Australia, Achraff Koulali merilis penelitian yang dipublikasikan jurnal internasional Elsevier pada 2016 lalu.
Salah satu temuannya menyebut bahwa Baribis memanjang dari Subang ke sisi barat melewati Purwakarta, Karawang, Cibatu (Bekasi), Jakarta, hingga Tangerang dan Rangkasbitung. Kalau ditarik lurus antara Cibatu dan Tangerang, maka melintasi empat kecamatan di Jakarta, yakni Ciracas, Cipayung, Pasar Rebo, dan Jagakarsa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengaku skeptis dengan riset Koulali tersebut. Dia tidak menolak sekaligus belum menerima karena masih diperlukan penelitian lanjutan untuk membuktikan kebenaran hal itu.
“Kalau kita bicara real fact, tidak ada data kegempaan saat ini yang menunjukkan aktivitas di situ. Belum ada catatan gempa kecil sekalipun di jalur itu (Baribis arah barat). Meskipun secara struktur dan peta geologi lama memang (Baribis) bersambung ke Jakarta,” katanya kepada ayobekasi.net, Rabu (7/8/2019).
AYO BACA : LIPKHAS GEMPA: Bukan karena Baribis, Ini Catatan Gempa Megathrust di Jakarta
Sejarah gempa dahsyat yang pernah dialami ibu kota, menurut Daryanto, belum diketahui pasti penyebabnya dari patahan yang mana. Namun, kuat dugaan, sumbernya masih berasal dari Selat Sunda dan Samudera Hindia.
“Kemarin saja magnitude 6,9 pusat di Banten, tapi Jakarta terasa cukup kencang kan? Tahun lalu Januari 2018, magnitude 6,1 pusatnya juga di sana terasa lebih kencang juga di Jakarta. Jadi, jangan-jangan gempa yang dulu besar itu sumbernya dari sana (Samudera Hindia) juga,” ujarnya.
Untuk itu, BMKG kini berfokus pada mitigasi gempa yang asalnya dari Selat Sunda dan Samudera Hindia. Potensi gempa yang disebut megathrust Selat Sunda itu mencapai magnitude 8,7 dengan skala VI-VII MMI di Jakarta.
“Ini fakta ilmiah yang ditemukan. Potensi itu nyata, sehingga kita perlu memitigasi bencana seperti membuat bangunan tahan gempa seperti yang ada di Jepang,” kata Daryono.
AYO BACA : LIPKHAS GEMPA: Rumah Tahan Gempa, Sebuah Upaya Mitigasi Bencana
Pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja menyebut bahwa temuan Koulali valid. Namun, apakah benar sesar Baribis menyebabkan gempa megathrust, masih perlu penelitian lebih dalam.
“Perlu pembuktian lebih lanjut karena data detailnya belum ada,” kata Hilman seperti dikutip Antara.
Untuk bisa meneliti Baribis yang mengarah ke barat dan utara, diperlukan banyak data mencakup lokasi, sebaran, zona sesar aktif, dan karakteristik sumber gempa bumi. Data ini dibutuhkan untuk menganalisis bahaya guncangan gempa, baik pada batuan dasar maupun tanah permukaan, sehingga risiko akibat gempa dan mitigasinya dapat diperkirakan.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi belum mendapat arahan mengenai potensi dampak dari aktifnya sesar Baribis yang mengarah ke Bekasi dan Jakarta.
“Soal sesar Baribis sebenarnya sudah dengar sejak lama, tapi ini kan masih dalam penelitian lanjutan. Jadi, belum ada arahan soal itu,” kata Koordinator Pusdalops BPBD Kota Bekasi Diky Sapta Aji.
Meski demikian, pihaknya mengaku selalu siap siaga menghadapi bencana yang waktunya tidak dapat diprediksi. Manajemen kesiapsiagaan menjadi prioritas utama. “Bencana apapun, kami selalu harus siap,” ujarnya.
AYO BACA : LIPKHAS GEMPA: Trauma Terhadap Gempa Jadi Pemicu Pemahaman Mitigasi Bencana