Rabu 07 Aug 2019 10:24 WIB

Pemprov DKI Siapkan 10.047 Armada Terintegrasi Jak Lingko

Armada yang terintegrasi Jak Lingko akan diremajakan pada 2020.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Reiny Dwinanda
Angkutan Umum Menggunakan AC. Angkot Jak-Lingko rute Pulogadung - Kota yang dilengkapi dengan pendingin udara (AC) di kawasan Terminal Pulogadung, Jakarta, Selasa (23/7).
Foto: Fakhri Hermansyah
Angkutan Umum Menggunakan AC. Angkot Jak-Lingko rute Pulogadung - Kota yang dilengkapi dengan pendingin udara (AC) di kawasan Terminal Pulogadung, Jakarta, Selasa (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta bersama BUMD PT Transjakarta melakukan pembenahan sistem transportasi berbasis mobil angkutan umum perkotaan, dengan menyediakan 10.047 armada. Kesemua mobil armada perkotaan tersebut akan terintegrasi dengan sistem Jak Lingko.

Sistem transportasi perkotaan Jakarta Jak Lingko, merupakan program transportasi satu harga untuk satu kali perjalanan yang diinisiasi Pemerintah DKI Jakarta. Pembenahan angkutan umum terintegrasi Jak Lingko ini bagian dari peremajaan Angkutan Umum di DKI Jakarta, yang juga tindak lanjut Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara.

Baca Juga

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan bahwa 10.047 armada angkutan umum di DKI Jakarta terintegrasi dalam Jak Lingko ini akan segera diremajakan pada tahun 2020. Dengan demikian, ia berharap tidak ada lagi armada angkutan yang berusia di atas 10 tahun.

“Untuk implementasi pembatasan usia kendaraan angkutan umum 10 tahun akan direalisasikan maksimal 2020," ujar Syafrin.

Jenis armada yang akan diintegrasikan pun bermacam-macam, mulai dari bus kecil, bus sedang, dan bus besar. Sejauh ini, jumlah armada yang tergabung dalam Jak Lingko dan telah diremajakan berjumlah 3.359 unit, yang terdiri dari bus besar 1.779 unit, bus Sedang 420 unit, dan bus kecil 1.160 unit.

Peremajaan ini tidak hanya berlaku bagi armada yang memiliki trayek di Jakarta, melainkan juga yang berlaku di wilayah Jabodetabek serta mobil jenis penumpang (Pnp). Syafrin mengungkapkan, Pemprov DKI Jakarta telah berupaya dan mencoba menyusun bisnis proses, baik dari aspek ketersediaan armada dari operator yang sudah ada, hingga menjamin Standar Pelayanan Minimum itu diterima oleh masyarakat dengan baik.

Oleh sebab itu, pola yang sedang dijalankan adalah melalui kontrak layanan angkutan umum. Operator angkutan umum itu dijamin pendapatannya oleh pemerintah.

"Ini adalah wujud kehadiran pemerintah, khususnya Pemprov DKI,  dalam bisnis angkutan, khususnya operator existing," ungkap Syafrin.

Peremajaan armada angkutan umum yang massif ini diharapkan dapat mengurai 141 titik kemacetan yang tersebar di lima wilayah administrasi Jakarta hingga tahun 2022.

”Kami juga berharap bahwa dengan pola ini, maka seluruh layanan angkutan umum, target kami 2020, dapat mencakup coverage area-nya 90 persen di Jakarta,” imbuh Syafrin.

Sementara itu, Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono menyebut, Transjakarta akan menambah armada dan fasilitas integrasi. Saat ini, fasilitas integrasi yang sudah beroperasi, yaitu Halte Transjakarta Bundaran HI (integrasi dengan MRT) dan Halte Transjakarta Rawamangun (terintegrasi dengan LRT).

“Keduanya merupakan inovasi baru. Sekarang Halte Transjakarta Tosari sedang dibangun, Halte Transjakarta Lebak Bulus dalam proses perencanaan, Halte Transjakarta CSW sudah dihasilkan sebuah desain melalui sayembara, hingga nantinya Halte Cawang UKI yang akan dilaksanakan tahun ini juga,” papar Agung.

Hingga Juli 2019, Bus Transjakarta yang telah terintegrasi dalam Program Jak Lingko sejumlah 3.305 buah bus. Mulai dari articulate bus, single bus, double decker bus, medium bus, mikro bus, hingga Transjakarta Cares.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement