Selasa 06 Aug 2019 10:11 WIB

Arsul: Mbah Moen Meninggal Bukan karena Sakit

Mbah Moen wafat sekitar pukul 04.00 subuh waktu Makkah, Arab Saudi.

Rep: Rizkyan Adiyudha, Muhyiddin/ Red: Andri Saubani
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Maemun Zubair menggunakan kursi roda saat menghadiri deklarasi dan ikrar dukungan relawan dari kalangan petani dan nelayan Priangan Timur untuk pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Maruf Amin di Gedung Islamic Centre, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (18/2/2019).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Maemun Zubair menggunakan kursi roda saat menghadiri deklarasi dan ikrar dukungan relawan dari kalangan petani dan nelayan Priangan Timur untuk pasangan Capres-Cawapres Jokowi-Maruf Amin di Gedung Islamic Centre, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (18/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengonfirmasi penyebab meninggalnya KH Maimoen Zubair. Dia mengatakan, Maimoen alias Mbah Moen meninggal bukan karena penyakit.

"Beliau tidak sakit, sampai dengan tadi malam masih terima tamu di Makkah," kata Arsul Sani di Jakarta, Selasa (6/8).

Mbah Moen mengembuskan nafas terakhirnya di usia 90 tahun pada waktu subuh waktu Makkah. Kiai khasrismatik itu merupakan ulama kelahiran 28 Oktober 1928. Arsul mengatakan, rencana pemakaman ulama kharismatik itu juga masih didiskusikan oleh keluarga.

"Sedang dimusyawarahkan keluarga," katanya saat dikonfirmasi terkait rencana pemakaman Mbah Moen.

Mbah Moen merupakan seorang ulama dan politikus. Dia merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majlis Syariah PPP.  Politik dalam diri Mbah Moen bukan tentang kepentingan sesaat, akan tetapi sebagai kontribusi untuk mendialogkan Islam dan kebangsaan.

Mbah Moen juga merupakan seorang alim, fakih sekaligus muharrik (penggerak) yang  menjadi rujukan ulama Indonesia dalam bidang fikih. Mbah Moen merupakan kawan dekat dari almarhum Rais Aam PBNU Kiai Sahal Mahfudh, yang sama-sama santri kelana di pesantren-pesantren Jawa, sekaligus mendalami ilmu di tanah Hijaz.

Mbah Moen lahir di Sarang, Rembang, pada 28 Oktober 1928. Mbah Moen merupakan putra dari Kiai Zubair, Sarang yang berguru dari Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.

Mbah Moen mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan KH Abdul Karim. Selain itu, selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada KH Mahrus Ali. Pada umur 21 tahun, Mbah Moen melanjutkan belajar ke Makkah.

Mbah Moen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa, di antaranya Kiai Baidhowi, KH Ma'shum Lasem, KH Wahab Chasbullah, KH Muslih Mranggen (Demak), dan beberapa kiai lain. Mbah Moen juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri. Di antaranya, kitab berjudul al-ulama al-mujaddidun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement