Senin 05 Aug 2019 08:21 WIB

Buleleng Bulfest Kembali Digelar Bulan Ini

Festival di Bali ini akan digelar mulai Selasa (6/8) hingga Sabtu (10/8).

Buleleng Festival. Ilustrasi
Foto: indonesia.travel
Buleleng Festival. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BULELENG -- Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali kembali akan menggelar ajang festival bergengsi, Buleleng Festival (Bulfest) pada 6 Agustus-10 Agustus 2019. Sejumlah kesenian tradisional khas Buleleng kembali dibangkitkan dan ditampilkan dalam festival tahunan yang akan digelar untuk ketujuh kalinya itu.

Salah satu yang unik dalam penampilan kesenian nantinya adalah setiap parade gong kebyar wajib menggunakan Gong Pacek, sebagai perangkat kesenian asli Buleleng. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Gede Komang mengungkapkan, momentum Bulfest tahun ini akan dijadikan ajang untuk mengembalikan kejayaan Gong Pacek yang merupakan warisan kesenian dari Buleleng.

Sehingga, dalam setiap penampilan kesenian pada gelaran Bufest ini, peserta dilarang menggunakan Gong Gantung. “Dari saat ini kami memang harus berusaha mengembalikan kebangkitan Gong Pacek, sebagai warisan leluhur kita (di Buleleng). Jadi Saya tidak mau para seniman di Buleleng meniru-niru gong yang ada di daerah lain,” ungkap Gede Komang saat memberikan konferensi pers di Singaraja, Ahad (4/8) siang.

Gede Komang mengatakan, selain wajib menggunakan Gong Pacek sebagai perangkat kesenian khas Buleleng, pada Bulfest ke-7 ini juga akan menampilkan kolaborasi kesenian tradisional Gong Kebyar Dauh Enjung-Dangin Enjung.

Ditampilkan dengan konsep mebarung, Gong Kebyar Dauh Enjung – Dangin Enjung ini akan mengiringi tarian khas dari dua sisi daerah budaya tersebut. Dari Dangin Enjung terdapat nama besar pegiat kesenian antara lain Gede Manik dan Pan Wandres.

Adapun kesenian hasil garapan Dangin Enjung antara lain Tari Terunajaya, Tari Legong Kekebyaran, dan Tari Cenderawasih. Sedangkan di Dauh Enjung ada nama besar Ketut Mardana dan I Putu Sumiasa, dengan garapan seni antara lain Tari Wiranjaya, Tari Merpati, dan Tari Nelayan khas Buleleng.

“Jadi kami ingin mengembalikan (kesenian) yang asli. Bapak Bupati juga mempunyai harapan yang sama, sehingga antara kesenian tradisional dengan modern (musik, band) bisa tampil seimbang dalam Bulfest,” ujar mantan Kepala Dinas Sosial Kab Buleleng ini.

photo
Bulfest 2019.

Pada acara pembukaan Bulfest ke-7 nanti kembali akan ditampilkan tarian masal, yaitu tari Panyembrama, sebagai tari penyambutan. Sebanyak 500 orang penari yang dibawakan oleh remaja putri dari berbagai desa di Buleleng akan menarikan tarian peyambutan tersebut.

Dipilihnya tari Panyembrama ini mengingat tarian tersebut sudah menjadi tarian tradisional universal khas Bali, dan secara khusus digunakan untuk menyambut tamu. Adapun perbedaan lain dalam gelaran Bulfest tahun ini yaitu diberikannya kesempatan kesenian luar daerah Bali untuk tampil pada panggung utama.

Kesenian itu adalah tarian khas etnis Medan, Sumatra Utara, yang direncanakan tampil pada malam kedua Bulfest. Tampilnya kesenian dari luar daerah Bali inipun dianggap sebagai apreasiasi dan pengakuan atas pelaksanaan Bulfest yang sudah masuk Calendar Of Event Kementerian Pariwisata RI.

Pada acara pembukaan Bulfest tanggal 6 Agustus nanti, juga direncanakan dihadiri oleh sejumlah pejabat Pemerintah Daerah dari luar Bali dan tamu mancanegara. Pejabat dari luar Bali yang sudah diipastikan hadir antara lain anggota DPRD Kota Pangkalpinang sebanyak 30 orang, Wakil Walikota Palembang, dan pejabat dari Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Yang menarik, kehadiran anggota DPRD Kota Pangkalpinang di atas adalah dalam rangka mempelajari pelaksanaan festival seni di Buleleng. Sedangkan tamu mancanegara akan hadir sedikitnya 200 orang dari berbagai Negara. Tamu ini merupakan peserta seminar internasional di Undiksha Singaraja.

Mereka secara khusus meminta pelaksanaan seminar agar bersamaan dengan pelaksanaan Bullfest, sehingga bisa menyaksikan gelaran festival yang dirintis pada tahun 2013 silam. Pelaksanaan Bulfest ke-7 tahun 2019 ini akan mengambil tema “Shining Buleleng” yang memiliki makna Buleleng Bersinar. Tema ini diangkat sebagai upaya mengangkat dan mengembalikan kejayaan kesenian tradisonal Buleleng sehingga berjaya dan bersinar kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement