Ahad 04 Aug 2019 06:38 WIB

Tanggap Darurat Tumpahan Minyak Diprediksi Selesai Dua Bulan

Tumpahan minyak di wilayah pantai Karawang, Jawa Barat, diduga karena kebocoran gas.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hasanul Rizqa
Suasana tumpahan minyak mentah di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana tumpahan minyak mentah di pesisir Pantai Cemarajaya, Karawang, Jawa Barat, Kamis (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berkoordinasi dengan Bupati Karawang Celicca Nurachadiana, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bekasi, dan Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf terkait tumpahan minyak (oil spill) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).

"Kita berkumpul, membahas terkait Force Majeure, kejadian luar biasa, yaitu pada tanggal 16 Juli terjadi tumpahan minyak karena masalah teknis yang luar biasa," uja Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Sabtu (3/8).

Baca Juga

Emil mengatakan, penanganan tumpahan minyak di wilayah Karawang dilakukan melalui dua tahap. Pertama, masa tanggap darurat, yaitu pembenahan minyak yang tumpah dan penanganan kepada warga terdampak.

Emil menilai, tahap tersebut memerlukan waktu sekitar dua bulan setengah. Selain itu, Pertamina telah memanggil perusahaan level global yang ahli menangani tumpahan minyak.

Kemudian, kata dia, tahap pemulihan (recovery), yakni pembenahan lingkungan secara struktur, infrastruktur, kultur,  dan sosial masyarakat sekitar. Tahap ini, diperkirakan memakan waktu dua sampai enam bulan. "Yang di-recovery ada ekonomi warga, kemudian dampak sosial, dampak psikologi juga akan kita perhatikan, juga dampak lingkungan," katanya.

Selain itu, Emil menyebut pihak Pertamina telah menempatkan tim ahli sekira 58 orang. Tim ahli ini berjaga di lokasi kejadian selama 24 jam. Kemudian, 40 TNI dan 56 relawan turun tangan menangani tumpahan minyak. Emil mengatakan, minyak bersifat waxy seperti lilin sehingga dapat dikumpulkan ke dalam karung. Hingga saat ini, sudah terkumpul sekira 390 ribu karung minyak.

"Musibah ini ditangani sangat terkoordinasi oleh pihak Pertamina, Provinsi Jawa Barat, dan Kota/ Kabupaten terkait," ungkap dia.

Saat ini pun, lanjut Emil, sudah ada satuan tugas (Satgas) untuk memastikan masalah tumpahan minyak dapat diselesaikan.  Satgas pun akan siaga di lokasi kejadian. "Termasuk tim kesehatan selalu sedia memeriksa kesehatan warga," katanya.

Sementara itu, Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, pihaknya serius menangani dampak tumpaham minyak . Salah satunya dengan mengerahkan Octopus Skimmer untuk mengisap tumpahan minyak.

"Sifat lilin lebih memudahkan didalam penanganannya. Gumpalan-gumpalan bisa dengan jaring dan diangkat," ujar Nanang.

Menurut dia, penyebab tumpahan minyak terjadi karena kebocoran gas yang menimbulkan gelembung udara di sumur YYA-1 Blok Offshore North West Jawa (ONWJ).

Nanang mengungkapkan, ada indikasi anomali tekanan pengeboran sumur YYA-1, sehingga menyebabkan munculnya gelembung gas diikuti tumpahan minyak. Kebocoran gas tersebut berdampak pada pergeseran pondasi YY.

"Sebenarnya kan semua sudah ada SOP, cuma kadang- kadang yang namanya bawah tanah ada yang kita tidak bisa kontrol, artinya sepanjang kita ikut SOP ada kejadian itu termasuk force majeure, sesuatu yang tidak diinginkan," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement