Sabtu 03 Aug 2019 21:46 WIB

Prabowo Gabung Pemerintah, Ini Dua Kerugiannya Kata Pengamat

Pendukung militan Prabowo bisa kecewa dengan langkah tersebut.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melambaikan tangan saat tiba kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7)
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melambaikan tangan saat tiba kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Rabu (24/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wacana Gerindra bergabung dengan koalisi pemerintah Jokowi menguat pascapertemuan Prabowo dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputiri.

Namun pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan Dr Emrus Sihombing menilai sejumlah kerugian yang dialami Prabowo jika bergabung dengan koalisi.

Baca Juga

"Bukan berarti penggabungan keduanya tidak memiliki kelemahan, utamanya di Prabowo," katanya, saat dikonfirmas, Sabtu (3/8).

Kerugian pertama, kata dia, sebagian konstituen yang memiliki militansi kuat dengan Prabowo dan memilihnya di Pilpres 2019 akan kecewa dengan sikap bergabung di pemerintahan.

Kedua, menurut dia, keberhasilan yang dicapai dalam pemerintahan lima tahun ke depan bisa dikatakan sebagai kesuksesan pemerintahan Joko Widodo meski ada juga peran Prabowo.

"Prabowo kan sebagai supporting, bukan variabel utama. Jadi, apapun keberhasilan lima tahun ke depan, dikatakan sebagai keberhasilan pemerintahan Jokowi," kata Direktur Eksekutif Emrus Corner itu.

Apabila mau berhitung secara strategis secara politik, kata dia, memang Prabowo dan Gerindra lebih baik tetap berada di oposisi. Tetapi kalaupun Prabowo mau bergabung di pemerintahan lebih bagus.

Untuk kepentingan bangsa dan negara, lanjut dia, sangat bagus untuk menyatukan kedua energi itu dalam membangun Indonesia lima tahun ke depan. "Saya sendiri melihat Prabowo lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara," kata Emrus.

Menurut dia, banyak kalangan yang tidak melihat potensi itu sehingga seolah-olah mengharuskan Prabowo tetap berada di seberang, yakni oposan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement