Rabu 31 Jul 2019 21:20 WIB

Menanti Kabinet Baru

Tensi politik kedua paslon yang sempat memanas kian hari kian mereda.

Sifa Unikmah
Foto: dokpri
Sifa Unikmah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sifa Unikmah, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Teka-teki siapa presiden yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan terjawab sudah. Setelah melalui proses panjang dari kampanye, pemilihan hingga proses sengketa hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi usai, akhirnya pada (30/6) KPU menetapkan Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih pada konstestasi kali ini.

Tensi politik kedua paslon yang sempat memanas pun kian hari kian mereda. Terbukti dari pertemuan antara Jokowi dan Prabowo beberapa waktu lalu. Pertemuan ini terbilang unik dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. 

Jika pertemuan sebelumnya bertempat di Istana Merdeka atau di kediaman Prabowo, kali ini mereka bertemu di ruang publik, yakni stasiun MRT Lebak Bulus. Pemilihan tempat bisa jadi menjadi sebuah pesan khusus kepada masyarakat luas untuk kembali merajut kebersamaan dan persatuan setelah terpecah karena pandangan politik. 

Setelah tensi mereda, tentu kita akan kembali bersama-sama membangun Indonesia. Teka-teki baru kini menyeruak kembali, teka-teki mengenai pengisi kursi menteri kabinet yang akan membantu presiden selama lima tahun kedepan. Kursi ini menjadi kursi sentral eksekutor janji kampanye dan program-program pembangunan pemerintah. 

Sebagai petahana, Jokowi tentu sudah paham betul bagaimana akar permasalahan dari pembangunan Indonesia selama ini. Paham betul tentang seperti apa dan bagaimana pekerjaan setiap kementerian yang ada. Paham betul pula perihal spesifikasi pengisi kursi menteri yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. 

Susunan menteri-menteri pilihan nanti akan menjadi penanda kabinet pemerintahan ini mau dibawa kemana. Setiap menteri akan berperan dalam kementeriannya masing-masing dan berperan dalam menyukseskan kabinet Jokowi 5 tahun ke depan. Ibarat sebuah klub sepak bola, kabinet perlu digerakkan dengan seksama. Tidak saling tumpang tindih kewenangan dan saling memberi dukungan atas keputusan dan program yang dijalankan. 

Hampir lima tahun, Indonesia dipimpin oleh Jokowi-Jusuf Kalla, kita banyak melihat figur menteri berprestasi yang acap kali menghiasi media, baik lokal maupun internasional. Keberhasilan membawa pulang Sri Mulyani misalnya, beberapa kali mendapat predikat menteri keuangan terbaik se-Asia Pasifik versi Finance Asia. 

Tidak hanya itu, Menlu Retno LP Marsudi pun berhasil membawa Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Beberapa menteri lainnya pun memiliki prestasi sesuai dengan bidang kementerian yang dipegangnya. 

Selain prestasi, masih ada kementerian yang belum maksimal dalam melakukan pekerjaannya. Masih ada menteri yang tersangkut kasus korupsi, serta memiliki kinerja yang lamban. Namun, bagaimanapun pemilihan menteri adalah hak prerogatif Presiden dan wakilnya, karena nantinya menteri bekerja membantu presiden dan wakilnya selama lima tahun kedepan. 

Sebagai masyarakat Indonesia, kita tentu berharap akan memiliki menteri-menteri terbaik dari yang terbaik. Menteri yang tidak hanya berprestasi, tapi juga mampu mengatasi dan bekerja sesuai dengan semestinya. Bagaimanapun harapannya jelas, bahwa Indonesia menjadi negara maju, seperti slogan kampanye Jokowi-KH Ma’ruf Amin. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement